6 Bulan, 38 Miliar Serangan Siber Terdeteksi

Agne Yasa
Kamis, 14 September 2017 | 16:37 WIB
Country Manager Indonesia Trend Micro David Siah memaparkan terkait ancaman siber di Jakarta, Rabu (5/4/2017)/Bisnis Indonesia -Agne Yasa
Country Manager Indonesia Trend Micro David Siah memaparkan terkait ancaman siber di Jakarta, Rabu (5/4/2017)/Bisnis Indonesia -Agne Yasa
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Trend Micro Inc. mendeteksi lebih dari 38 miliar serangan siber secara global pada semester I/2017. 

Laporan keamanan tengah tahun dari perusahaan solusi keamanan siber yang bertajuk 2017 Midyear Security Roundup: The Cost of Compromise membahas serangkaian ancaman serius serta kendala dalam perencanaan postur teknologi informasi. Termasuk di dalamnya serangan ransomware, Business Email Compromise (BEC) scams, dan Internet of things (IoT) serta propaganda siber. 

Trend Micro mendeteksi lebih dari 82 juta ancaman ransomware, dengan rata-rata 28 kelompok jenis (family) ransomware baru terdeteksi setiap bulan. Sebanyak 3.000 upaya penipuan melalui BEC terdeteksi. 

Selama Januari—Juni 2017, sebanyak 33,77% dari total ancaman ransomware global terdeteksi di kawasan Asia Pasifik (APAC). 

Laksana Budiwiyono, Sales Director Trend Micro Indonesia, mengatakan, dari angka persentase untuk wilayah Asia Pasifik tersebut, 7,44% diantaranya terdeteksi di wilayah Indonesia. Untuk global, serangan ransomware ke Indonesia mencatat persentase 2,49%.

"Biasanya serangan targeted menyasar ke satu perusahaan dan dapat mengakibatkan kerugian termasuk reputasi dan kepercayaan dari masyarakat," katanya. 

Sepanjang April hingga Juni 2017, serangan ransomware WannaCry dan Petya telah menyerang ribuan perusahaan di berbagai lini industri global. Kerugian secara global yang diderita perusahaan tersebut, termasuk akibat terganggunya produktivitas berikut biaya perbaikan dan pengendalian akibat kerusakan yang ditimbulkan, tercatat mencapai US$4 miliar. 

"Data dari FBI kerugian dari BEC scams juga berkontribusi pada kerugian global hingga US$5,3miliar sepanjang semester pertama 2017," katanya. 

Sepanjang semester I/2017, mayoritas ancaman siber dilakukan melalui e-mail yaitu 67%. Ini konsisten dengan serangan ransomware dan BEC yang pada umumnya memanfaatkan spam dalam mekanisme kejahatannya. 

Selain itu, Trend Micro juga mencatat dalam laporannya bahwa pada Januari—Juni 2018 ini marak dengan kejadian serangan keamanan ke IoT dan propaganda siber. 

Dari riset yang dilakukan oleh Trend Micro bersama Politecnico di Milano (Polimi), menunjukkan adanya celah keamanan pada sistem robotic dengan potensi kerugian finansial dan produktivitas. 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Agne Yasa
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper