Bisnis.com, JAKARTA— Pertumbuhan pesat jumlah startup menjadikan Jakarta sebagai pusat aktivitas pendanaan modal ventura di luar pasar utama.
CB Insights menyatakan Indonesia, khususnya Jakarta, paling banyak menjadi lokasi kesepakatan investasi (deals) modal ventura ke bisnis startup di frontier market atau pasar sempadan. Posisi tersebut berdasarkan data yang dihimpun dalam laporan bertajuk New Startup Frontiers: Rise of the (Global) Rest Report.
Perusahaan yang berbasis di New York, Amerika Serikat tersebut mendefinisikan pasar sempadan sebagai wilayah yang menjadi lokasi 0,01%—0,5% dari total kesepakatan investasi modal ventura global sejak 2012.
Baca Juga Google Bayar Apple Rp40 Triliun |
---|
CB Insights mencatat ada 5.749 kesepakatan suntikan modal ventura yang dipublikasikan (disclosed) ke perusahaan rintisan di pasar sempadan dengan perkiraan nilai investasi US$32 miliar pada periode 2012—2017.
Di Jakarta, data yang dihimpun CB Insights, menunjukkan ada 127 kesepakatan senilai US$789 juta. Jumlah transaksi yang bertempat di Jakarta dua kali lipat dari kota yang berada di posisi kedua, Dubai.
Baca Juga Iklan Digital Butuh Strategi Spesial |
---|
Ketua Bidang Hubungan Internasional Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro mengatakan Indonesia memiliki potensi tinggi di pasar sempadan karena perkembangan investasi startup di Indonesia masih tergolong baru sehingga pertumbuhannya relatif lebih tinggi.
"Hal ini juga didukung oleh langkah-langkah strategis oleh semua pihak di Indonesia seperti munculnya regulasi yang mengatur fintech lending, pembentukan lembaga atau asosiasi yang mempertemukan pelaku industri startup serta penyaluran pendanaan oleh lembaga pemerintahan," jelasnya kepada Bisnis, Senin (14/8).
Dia menambahkan Indonesia memiliki potensi untuk menjadi hub investasi di Asia Tenggara karena letaknya yang strategis dengan jumlah penduduk 41% terhadap total populasi di regional tersebut.
"Potensi ini diperkirakan akan dapat berkembang seiring dengan pengembangan regulasi, infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, serta modal di Indonesia," kata Eddi.
Sementara itu, Associate East Ventures Agung Bezharie mengatakan Indonesia seharusnya lebih tepat dikatakan sebagai emerging market.
"Tidak jelas kenapa Indonesia disebut frontier, harusnya emerging," ujarnya.
Data internal East Ventures mencatat tren investasi ke Indonesia sudah menunjukan peningkatan sejak dua tahun yang lalu. Menurut Agung, di dalam negeri, apa yang dilakukan oleh stakeholder dan pemerintah dalam menggali potensi bisnis startup sudah dalam koridor yang tepat.