Bisnis.com, JAKARTA — Penggunaan media sosial dalam kampanye digital yang dilakukan sejumlah pemegang merek produk dan jasa dinilai memegang peranan penting dalam mempengaruhi keputusan untuk membeli oleh konsumen.
Dalam riset terbarunya, BMI Research merilis bahwa sekitar 80% konsumen dari total responden yang disurvei sebanyak 1.000 orang mengungkapkan iklan di media sosial menentukan produk yang akan mereka beli.
Adapun, riset tersebut dilakukan di delapan kota besar yang memiliki jumlah pengguna media social cukup aktif dibandingkan kota-kota lainnya yakni Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Makassar, Palembang, Medan, Malang, dan Yogyakarta.
“Rata-rata waktu yang mereka habiskan untuk mengakses media sosial yakni 2-3 jam dengan kepemilikan media sosial terbanyak dipegang oleh Facebook 91%, lalu Instagram 80%, Youtube 70%, Twitter 61%, dan Path 45%,” kata Advisor BMI Research Inu di Jakarta.
Jika dirinci, alasan penggunaan media social oleh sebagian besar responden survei sebanyak 77% ditujukan untuk bersosialisasi, 68% untuk mencari informasi dan berita, mencari teman 62%, hiburan 55%, dan sisanya 33% dipergunakan untuk mencari produk atau jasa yang mereka minati.
Menurutnya, sebanyak 33% responden yang aktif menggunakan media sosial untuk mencari produk dan jasa lebih banyak menggunakan instagram (35%), dan lainnya sekitar 31% menggunakan facebook.
“Dari beberapa brand yang muncul sebagai brand yang paling banyak disebutkan, sosial media tidak bisa dikuasai oleh satu atau dua brand. Dalam hal ini, konsumen memiliki kemerdekaan cukup tinggi untuk memilih dan akhirnya membeli barang yang mereka inginkan,” ujarnya.
Tak hanya itu, Inu menyebutkan iklan digital di sosial media memiliki efek duplikasi lebih banyak dibandingkan iklan konvensional. Hal ini dikarenakan sosial media memiliki fasilitas untuk membagikan post ke akun media sosial lainnya.
Pada saat yang sama, Digital Director Manifesto Digital Consultant Matthew Rompas menjelaskan masyarakat Indonesia saat ini memang sangat konsumtif dalam menggunakan media sosial. Hal ini ditunjukkan dengan pengguna aktif Facebook di Indonesia yang sudah mencapai 107 orang.
“Saat penetrasi internet naik signifikan dan media sosial semakin marak, maka peluang promosi produk dan jasa untuk masuk sangat besar. Konsumen di Indonesia yang mayoritas pengguna media sosial pasti akan terpengaruh,” tambahnya.
Yang unik, sumber informasi untuk mengetahui produk dan jasa yang terbaru justru lebih banyak diakses melalui akun resmi sebuah merek sekitar 60%, diikuti akun berita resmi 49%, teman 41%, akun selebriti 14%, dan 10% lainnya di akun public figure.
“Ternyata, selebgram yang saat ini sedang marak dibicarakan untuk membicarakan keefektifan marketing suatu produk justru tidak terbukti dalam survei ini. Ada banyak kemungkinan di balik fakta ini, misalnya satu selebriti sudah memiliki beragam asosiasi produk sehingga konsumen tidak bisa membedakan asosiasi utama sang artis,” tuturnya.
Meski demikian, untuk mendapatkan perhatian di media sosial bagi sebuah merek juga tidak mudah karena survei ini menyebutkan kemauan responden dalam berbagai informasi produk dan jasa hanya 40%.
“Mereka tidak suka membagikan informasi mengenai produk dan jasa melalui sosial media atau tidak melalui sosial media. Ini jadi tantangan bagi para pemegang merek tentunya,” katanya.