Bisnis.com, JAKARTA - Selalu mencengangkan melihat bagaimana efek kekuatan massa bekerja. Selama ini kita lebih sering menyaksikan kekuatan massa bekerja dalam tataran politik.
Sebut saja Velvet Revolution atau momentum runtuhnya Tembok Berlin pada era 1980-an. Belum lagi peristiwa Saffron Revolution di Burma, atau Green Revolution di Iran yang mengemuka pada era milenium tahun 2000-an.
Keunggulan kekuatan massa (people power) selalu bertumpu pada kemampuan memobilisasi massa dengan isu yang seragam. Mereka rela berpeluh untuk satu kata, ‘perubahan’.
Di dunia teknologi informasi nasional, hal itu pula yang melatarbelakangi terciptanya Open Internet Exchange (OpenIX) yang dijuluki sarana lalu lintas data tak bertuan, layaknya esensi internet yang kini menjadi hak semua orang, tanpa tuan.
Johar Alam Rangkuti, Head of OpenIXP Admin yang juga Komisaris PT Indonesia Data Center (IDC) mengatakan, OpenIXP merupakan penyedia router exchange nasional tak berbayar yang menjadi sarana lalu lintas data antara para pemilik autonomous system numbers (ASN) di tanah air.
Dengan adanya OpenIXP, router-router besar internet Indonesia saling terkoneksi satu sama lain melalui jaringan domestik secara gratis, tanpa perlu ke jaringan internet global seperti yang terjadi dahulu.
“OpenIXP ini dibangun dengan metode internet, bukan metode pasar, bukan siapa yang dapat untung. Semua boleh koneksi, tanpa undang-undang,”ujarnya usai acara OpenIX Administrator Gathering 2017 di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Hingga kini, terdapat 735 ASN yang terdaftar dalam OpenIXP yang berasal dari beragam industri, mulai dari ISP, pemerintahan, network access provider (NAP), lembaga pendidikan, operator telekomunikasi, dan bisnis. Angka itu menempatkan OpenIXP sebagai internet exchange ketiga terbesar di dunia, setelah Brasil dan Amsterdam.
Pola kerja OpenIXP tersebut berdampak positif terhadap meningkatnya kecepatan akses informasi, terutama server lokal di Indonesia. Sebagai gambaran, OpenIXP hanya memiliki 20 ASN yang tersambung dengan bandwidth hanya sekitar beberapa Mbps pada 2005. Sampai akhirnya pada 2016 tercatat total 735 ASN dengan peak bandwidth mencapai 277 Gbps.
“Angka itu juga menempatkan OpenIXP dengan peak bandwidth tercepat ketiga di dunia,”ungkapnya.
Hal paling menarik dari sisi cuan, sambungan jaringan domestik tak berbayar itu ternyata turut menghemat pengeluaran ISP dalam mengakses data, karena tak perlu membayar jalur internet ke luar negeri. Pada akhirnya, pelanggan menikmati biaya internet murah.
Johar mengilustrasikan, biaya bandwidth internasional saat ini mencapai US$100/Mbyte/bulan. Jika penggunaan 277 Gbps itu harus melalui jaringan global AS terlebih dahulu, maka ada biaya senilai Rp4,4 triliun yang harus dikeluarkan dalam setahun.
“Pertukaran data dalam OpenIXP gratis, jadi ada penghematan Rp4,4 triliun. Kita bisa menekan harga internet di Indonesia, benar-benar dinikmati pelanggan,”tegasnya.
Jika digambarkan, OpenIXP diklaim sebagai internet exchange domestik terbesar di dunia yang dimiliki massa tanpa batas. Tak hanya isapan jempol, hal itu dibuktikan dari perbandingan sejumlah internet exchange yang ada di belahan dunia lain.
Internet exchange domestik asal Singapura dan Malaysia misalnya, keduanya dimiliki oleh pemerintah masing-masing dan menarik bayaran kepada setiap ISP.
Kalaupun tak berbayar, Amerika Serikat memiliki lebih dari 15 internet exchangenamun tanpa central exchange, sementara internet exchange di Eropa lebih banyak dimiliki oleh setiap kota, bukan negara.
Pencapain tersebut diklaim merupakan hasil pengembangan aturan berdasarkan psikologi logika terbalik yang diusung para pendiri secara spontan. Selama ini, kebebasan yang tercipta, menurut dia, justru memunculkan kesadaran para pengguna untuk mengembangkan internet exchange tersebut.
“Tak ada aturan dalam OpenIXP, tak ada blokir-blokiran. Semua pihak boleh menyambung asal punya ASN, dengan begitu semua justru saling menjaga,”katanya.
Terkait data pengguna, survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat sebanyak 132,7 juta penduduk Indonesia telah terhubung ke internet pada 2016, mengalami kenaikan 51,8 persen dibandingkan 2014 lalu.
‘Kopi Darat’
Ratusan administrator sistem yang menggawangi ASN berkumpul dalam ajang kumpul dan bertukar informasi secara langsung --setelah sekian lama hanya bertukar pesan di dunia maya, dalam acara OpenIXP Gathering 2017 pada akhir pekan lalu.
Marcelus Ardiwinata, Chief Operating Officer PT Cyberindo Aditama (CBN), salah satu admin OpenIXP mengatakan, dirinya berharap para administrator sistem yang menggawangi ASN itu semakin solid menghadapi tantangan kestabilan jaringan internet Indonesia dan tetap saling bertukar pengetahuan.
Petuah klasik itu tampaknya perlu terus dihembuskan untuk selalu menjaga kekuatan massa tetap menyala, tetap bergerak menembus tantangan pada setiap masa.