Spyware Intai Sejumlah Lembaga di Asia Tenggara

Juli Etha Ramaida Manalu
Rabu, 10 Agustus 2016 | 16:51 WIB
Bagikan

Kabar24.com,JAKARTA—  Perangkat lunak yang digunakan untuk menyerang dan mendapatkan informasi rahasia (spyware) dari maskapai terbesar milik negara Vietnam bulan lalu, saat ini diduga telah membombardir lebih banyak situs resmi ditengah ketegangan yang terjadi di Laut China Selatan.

Ngo Tuan Anh, Wakil Presiden Bkav Corp, sebuah perusahaan keamanan yang berbasis di Hanoi menyebutkan sebuah kode berbahaya yang disamarkan sebagai anti virus dan ditemukan di sejumlah komputer mulai dari milik pemerintah hingga perbankan, perusahaan besar dan universitas sama dengan yang digunakan dalam serangan terhadap maskapai terbesar di Vietnam yang juga merupakan milik negara. Serangan ini disebut berbau politik.

Pada 29 Juli lalu, layar penerbangan di bandara menampilkan pesan yang penting tekait klaim Vietnam di perairan Laut China Selatan. Vietnam dan Filipian merupakan negara paling vokal dalam mengkritik China yang semakin tegas wilayah tersebut.

 “Meskipun masih dibutuhkan lebih banyak bukti untuk menentukan asal spyware tersebut, serangan itu jelas berbau politik,” kata Ahn seperti dikutip dari Reuters, Rabu (10/8/2016).

Menurutnya spyware yang ditujukan ke Vietnam tersebut didalangi satu kelompok yang terdiri atas beberapa otak pelaku yang bekerja sama untuk menyerang sejumlah lembaga di Asia Tenggara sejak 2012.

Insiden yang terjadi di Vietnam menyoroti rentannya beberapa negara di Asia tenggara dalam menghadapi serangan yang diarahkan kepada infrastruktur pemerintah ditengah gesekan geopolitik yang terjadi.

 “Serangan yang diarahkan ke bandara dan maskapai sepertinya didalangi aktivis dunia maya yang menggunakannya untuk memantik isu politik,” ujar Wias Issa, Senior Direktur Fire Eye Inc, untuk wilayah Asia Pasifik. Fire Eye Inc merupakan sebuah perusahaan keamanan.

Situs pengadilan arbitrase internasional di Den Haag juga sempat mengalami gangguan pada Oktober pada saat berlangsungnya sidang yang diajukan Filipina atas klaim China di Laut China Selatan.

Menteri Informasi dan Komunikasi Vietnam Truong Minh Tuan mengatakan pihaknya sedang meninjau ulang teknologi dan perangkat dari China setelah kejadian serangan pada Juli. Kebanyakan operator telekomunikasi Vietnam menggunakan teknologi China yang meningkatkan risiko ancamaan pelanggaran data.

 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Editor : Rustam Agus
Sumber : Bloomberg
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper