Bisnis.com, JAKARTA—PT XL Axiata mengakui persaingan industri telekomunikasi dewasa ini semakin ketat sehingga seringkali memunculkan berbagai aktivitas lapangan yang dilakukan oleh operator untuk memenangkan pasar Indonesia.
Dian Siswarini, CEO XL Axiata mengemukakan persaingan antar operator dewasa ini memang seringkali muncul dan terjadi di lapangan belakangan ini. Namun menurutnya, industri telekomunikasi dapat tumbuh dengan baik jika sesama operator tidak saling menjatuhkan dan memajukan industri ini bersama-sama.
“Sebenarnya, kalau persaingan di industri telekomunikasi itu kan sangat ketat dan terkadang persaingan itu memunculkan aktivitas di lapangan yang mungkin karena keinginan untuk memenangkan pasar,” tuturnya kepada Bisnis di Gedung MNC Jakarta, Kamis (23/6).
CEO XL Axiata itu juga mengemukakan ada tiga hal yang kini harus menjadi sorotan utama untuk seluruh operator di Tanah Air, selain perang tarif dan saling sikut pada industri telekomunikasi. Pertama menurutnya adalah memperhatikan konsumen dengan layanan yang baik dan kualitas jaringan yang memadai.
“Kita harus memperhatikan konsumen dan melayani konsumen sebanyak-banyaknya dengan kualitas yang memadai,” katanya.
Kemudian menurut Dian, yang ke dua yaitu dapat melayani investor yang telah memberikan modal dengan baik dan ke tiga adalah memperhatikan pemerintah yang memiliki tugas untuk memungut Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari industri telekomunikasi.
“Jadi tiga ini yang harus diperhatikan oleh operator, consumer, pemerintah dan investor. Ketiganya ini harus selaras agar industri ini bisa lebih maju,” ujarnya.
Seperti diketahui, sebelumnya Indosat Ooredoo mengajak seluruh operator seluler lain untuk menurunkan dominasi Telkomsel yang kini menguasai marketshare sebesar 86% sedangkan operator lainnya jika digabung hanya mencapai 14% di luar pulau Jawa, dengan cara mengeluarkan suara lantang dan pendapat tentang sikap Telkomsel.
Marketshare secara nasional Telkomsel adalah 45%, setelah itu disusul Indosat 21,6%, Tri Indonesia 14,4% dan XL Axiata 14%. Sedangkan untuk di luar Jawa, Telkomsel 86% dan operator lainnya hanya 14%.
Wacana monopoli di wilayah luar Jakarta mulai ramai dan mencuat setelah Indosat mengeluarkan kampanye negatif yang sempat menyebut nama kompetitor, Telkomsel. Kasus tersebut akhirnya berujung dengan pemanggilan Indosat dan Telkomsel oleh BRTI.