Bisnis.com, JAKARTA - Dengan susunan direksi baru sejak tahun lalu, PT Garam (Persero) diharapkan bergerak cepat merealisasikan program kerja yang telah disusun. Setidaknya, gagasan-gagasan baru juga akan bermunculan dan menghadirkan banyak harapan.
Target paling mendasar sudah pasti komitmen untuk memperbaiki kinerja keu-angan perusahaan. PT Garam mengincar laba bersih Rp38 miliar tahun ini setelah bertahun-tahun terperosok. Kinerja bottom line perusahaan stagnan di bawah Rp5 miliar per tahun.
Direktur Utama PT Garam Achmad Budiono mengatakan perseroan akan memperbaiki produksi dan pemasaran serta melakukan efisiensi. Pasalnya, dengan beban operasional yang tinggi, PT Garam tidak hanya sulit mendulang laba bersih tinggi, tetapi juga sukar berekspansi, termasuk memperbaiki tiga pabrik pemurnian yang mangkrak karena rusak sejak lama.
“Saya akan buktikan kalau kinerja PT Garam mestinya bisa lebih bagus dari sekarang, kalau dikelola lebih baik,” kata Achmad kepada Bisnis.com belum lama ini.
PT Garam tahun ini menganggarkan Rp222 miliar untuk menyerap 400.000 ton garam dari petani dan merevitalisasi gudang di Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Dana itu diambil dari PMN 2015 yang dicairkan tahun ini senilai Rp300 miliar.
Di bidang pemasaran, Achmad melarang munculnya tambahan piutang baru dalam setiap kontrak penjualan garam. Piutang hanya diperbolehkan bagi sesama BUMN. “Setiap barang keluar, harus sudah bayar dulu. Saya jamin 100%, enggak bakalan ada piutang baru selama saya ada di sini,” tegasnya.
Dari sisi produksi, PT Garam akan mere-vitalisasi fasilitas pemurnian dan membangun pabrik garam halus di Camplong, Sampang, senilai total Rp64 miliar; ekstensifikasi ladang garam seluas 5.000 hektare di Nusa Tenggara Timur senilai Rp7 miliar, dan pemasangan geomembran di lahan Sumenep senilai Rp7 miliar.
PT Garam sejauh ini memproduksi garam bahan baku, garam olahan beryodium dan garam kesehatan. Garam bahan baku dipasok ke industri pengasinan ikan, kertas dan kaca, minyak, makanan, pelembut pakaian, tekstil, pakan ternak, dan penyamakan kulit.
Sementara itu, garam olahan berupa garam dapur bermerek segitiga G, garam low sodium salt, dan garam bittern. Selain produksi garam industri dan konsumsi, PT Garam juga mempunyai lini bisnis pembangunan properti, penyewaan gedung, dan pergudangan; tambak udang, bandeng, rajungan, dan rumput laut; serta rumah sakit.
PT Garam juga akan mengebut sejumlah rencana ekspansi tahun ini. Achmad berharap unit-unit yang menghasilkan garam olahan comply dengan tata laksana internasional.
“Kan sekarang masih banyak yang belum. Misalnya begini, di pabrik itu harus pakai alas kaki khusus, celemek, masker, kemudian higienisnya. Saya masih concern ke sana. Tapi kalau pengembangan produk, dalam jangka pendek kayaknya belum karena core business PT Garam sebetulnya bahan baku garam.”
Achmad beranggapan bahwa PT Garam sebaiknya berkonsentrasi pada bahan baku, di samping membina petani garam, tentu saja dengan pendekatan business to busi-ness , agar tidak terlalu bergantung dengan pemerintah. ()