Perusahaan CPG Disarankan Segera Masuki E-commerce

Amanda Kusumawardhani
Senin, 29 Februari 2016 | 11:15 WIB
E-commerce/alleywatch.com
E-commerce/alleywatch.com
Bagikan

Bisnis.com, SINGAPURA - Perusahaan consumer-packaged-goods (CPG) didorong meningkatkan kapasitas digitalnya untuk merebut pangsa pasar Asia Pasifik yang diperkirakan mencapai US$340 miliar pada 2020.

Pasalnya, berdasarkan riset yang dikeluarkan Accenture yang dilakukan di tiga negara yakni Singapura, Indonesia, dan China, hanya 5% CPG yang mengklaim telah memiliki infrastruktur digital untuk masuk ke pasar e-commerce.

“Jika CPG tidak segera melakukan penetrasi ke arah digital maka mereka akan kehilangan konsumen yang tergolong generasi digital,” kata Fabio Vacirca, Senior Managing Director, Product, Asia Pasifik Accenture di Singapura, Senin (29/2/2016).

Setidaknya, mereka CPG bisa mulai dengan menggabungkan metode tradisional dan digital untuk meraih perhatian konsumen.

Riset yang dirilis perusahaan penyedia jasa global ini menyatakan pasar ritel Asia Pasifik bakal melompat menjadi US$10 triliun pada 2018. Dari nilai tersebut, seperempatnya berasal dari industri e-commerce.

Meski industri e-commerce mulai menunjukkan dominasinya di Asia Pasifik, Fabio mengungkapkan CPG belum terlihat memanfaatkan peluang tersebut. Dengan melihat belum banyaknya CPG masuk ke industri itu, peluang signifikan tentu masih terbuka lebar.

Peluang juga tidak berhenti di situ saja karena 85% pertumbuhan jumlah kelas menengah secara global berasal dari Asia. Tak hanya itu, dalam kurun waktu tiga tahun ke depan, kontribusi industri CPG di Asia bakal mencapai US$1,25 triliun.

Hal tersebut juga didukung dengan migrasi massal ke jaringan 3G dan 4G, maraknya penggunaan sistem pembayaran digital, serta meningkatnya jumlah pengguna telepon pintar.

“Tinggal bagaimana mereka [CPG] bisa memanfaatkan peluang ini. Pengembangan infrastruktur di beberapa negara, seperti Indonesia, memang masih tertinggal dibandingkan China dan Singapura. Tetapi, saya yakin, Indonesia akan cepat mengejar,” ujar Managing Director Accenture Digital Mohammed Sirajuddeen.

Sebut saja, sejumlah negara sudah mengembangkan industri ritel berbasis digital misalkan Alibaba.com (China), Redmart (Singapura), Lazada (Asia Tenggara), TaoBao (China), JD.com (China), dan Flipkart (India).

Dengan maraknya penetrasi digital saat ini, dirinya mengaku sejumlah CPG mulai berencana untuk masuk dalam industri e-commerce. “Ada beberapa klien kami, misalnya perhotelan yang mencoba mengembangkan sebuah mesin yang mampu mengenali permintaan pengunjung melalui sensor suara,” tambahnya.

Kendati demikian, dirinya menjelaskan pengembangan industri e-commerce misalkan penciptaan alat bantu, juga harus didukung dengan sistem logistik, dan sistem pembayaran digital yang memadai.

“Industri ini saling melengkapi satu sama lain atau yang sering disebut dengan omni channel [multi channel],” tambahnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper