Pertahanan Dalam Negeri: Serangan Satelit dan Cyber Musuh Baru Indonesia

Gloria Fransisca Katharina Lawi
Senin, 7 Desember 2015 | 14:47 WIB
Ilustrasi/Antara
Ilustrasi/Antara
Bagikan

Bisnis.com, BANDUNG - Direktur Keuangan PT Hariff Daya Tunggal Engineering Dani Prakuntadi mengatakan pemerintah perlu menghalau perang baru pada era globalisasi, yakni perang cyber dan perang satelit.

Dalam acara pembukaan peluncuran Jaringan Aman Mandiri (JAM) yang dihadiri Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu, Dani mengatakan JAM adalah sistem komunikasi yang menghubungkan satu daerah ke daerah lainnya.

Namun kini sistem komunikasi antardaerah bisa terancam rusak akibat perang satelit. Oleh sebab itu, sistem JAM diperuntukkan secara khusus memudahkan penyampaian pesan dan komando tempur.

"JAM ini meminimalkan interaksi dengan publik karena kita harua menghindari kejahatan jaringan. Maka kami juga mendesign JAM ini bebas virus," kata Dani di Pabrik PT Hariff, Bandung, Senin (7/12/2015).

Dani menjamin sistem JAM sebagai jaringan berbentuk transfer video, audio, dan data. Adapun software dan jaringan yang digunakan berbentuk enkripsi sehingga dipastikan antisadap.

"JAM ini memakai sistem enkripsi, double kunci. Jadi enkripsi tak hanya dari PT Hariff, tetapi sebagai pengguna bisa menambahkan atau menggunakan sendiri gemboknya," jelas Dani.

Dani menegaskan produk JAM dibuat langsung dari tangan putra-putri Indonesia. Dani menambahkan, dengan memakai produk dalam negeri, lembaga pertahanan Indonesia tak perlu khawatir jika suatu saat terjadi embargo sejumlah komponen industri pertahanan.

Sebelumnya, Presiden Direktur PT Hariff Daya Tunggal Engineering Budi Permana mengakui jaringan aman mandiri (JAM) dan produk Battlefield Management System (BMS) terbuka bagi pesanan dari pihak asing.

"Kami sengaja meluncurkan produk-produk ini dulu karena kami tahu pasarnya sudah ada, tetapi real pembelinya belum ada," ungkap Budi, Minggu (6/12).

Sekalipun belum resmi mendapatkan order dari instansi pemerintahan, Budi bersikukuh produk JAM dan android BMS anti sadap bagi industri pertahanan dalam negeri.

"Tetapi bukan hanya tidak mungkin kita bisa membuat produk ini di Indonesia, lalu ada negara lain butuh kami bisa menawarkan kepada mereka, lalu mereka susun enkripsi mereka sendiri, sehingga kami tidak tahu," ujar Budi menjamin keamanan produk buatannya.

Nilai investasi keseluruhan JAM dan BMS sejak 2006 diakui Budi senilai Rp20 miliar.

Budi mengatakan, untuk meningkatkan pengembangan usaha, PT Hariff juga akan bersinergi dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), salah satunya PT Telkom.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper