Industri Elektronik Sederhana Bakal Tertutup untuk Asing

MG Noviarizal Fernandez
Rabu, 18 November 2015 | 02:09 WIB
Pedagang menata barang elektronik yang dijual di kawasan Glodok, Jakarta, Selasa (25/8)./Antara
Pedagang menata barang elektronik yang dijual di kawasan Glodok, Jakarta, Selasa (25/8)./Antara
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA- Badan Koordinasi Penanaman Modal mempertimbangkan rencana menutup bidang usaha produk elektronika berbasis teknologi sederhana seperti kipas angin bagi perusahaan atau investor asing.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani menyampaikan bahwa pihaknya sedang mengkaji usulan terkait bidang usaha yang memproduksi produk-produk elektronika berkategori low technology.

“Kami menerima masukan agar bidang usaha ini ditutup untuk asing, mengingat produsen-produsen dalam negeri banyak yang telah memiliki kemampuan untuk memproduksi produk-produk tersebut,” ujarnya dalam keterangan resminya kepada pers, Selasa (17/11/2015).

Franky menyampaikan bahwa selain kipas angin yang dikategorikan produk-produk elektronika berkategori low technology di antaranya setrika listrik, magic com, rice cooker, water dispenser, blender, mixer, juicer, coffee maker, washing machine, kulkas 1 pintu dan small home appliances lainnya.

“Argumentasi yang dikemukakan adalah bahwa apabila Indonesia terlalu membuka diri untuk produk-produk tersebut, maka akan banyak investor yang mengalihkan basis produksinya ke Indonesia, ini akan menggerus roadmap pengembangan industri yang sebenarnya lebih ke industri berbasis teknologi tinggi,” ungkapnya.

Lebih lanjut Franky menjelaskan bahwa pihaknya tetap dalam posisi melakukan fungsi koordinasi dalam penyusunan panduan investasi. “Nantinya hal ini akan diputuskan secara bersama dengan pertimbangan-pertimbangan yang disampaikan oleh Kementerian Perindustrian.

Sebelumnya, Franky menyatakan bahwa upaya mendorong industrialisasi merupakan landasan utama pihaknya dalam menyusun panduan investasi ke depan. Terutama terkait upaya untuk mendorong transformasi ekonomi menjadi berbasis produksi, mengharuskan pentingnya pengembangan industri, sehingga kebijakan menarik investasi pun diarahkan ke sana.

Franky menambahkan ada beberapa kebijakan strategis yang diperlukan untuk mendorong industrialisasi, antara lain: kebijakan hilirisasi sebagai transformasi dari ekonomi berbasis komoditas menjadi bernilai tambah, mendorong peningkatan ekspor sekaligus pengurangan ketergantungan impor bahan baku, dan penguatan UKM yang mendukung industri.

Selain itu, dia juga menekankan pentingnya pengembangan sektor lain yang dapat mendukung sektor industri terutama infrastruktur dan energi.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper