Bisnis.com, JAKARTA - Operator seluler PT XL Axiata Tbk. akhirnya membangun tiga fasilitas infrastruktur jaringan data dan Internet di Pulau Simeulue, Nanggroe Aceh Darussalam. Fasilitas tersebut mulai beroperasi pada 3 Oktober 2015.
Perseroan yang melantai di Bursa Efek Indonesia ini sejatinya sudah melayani warga Simeulue sejak September 2008 dengan mendirikan lima base transceiver stations (BTS). Hanya saja, selama tujuh tahun beroperasi, selama itu pula perseroan hanya sebatas menyediakan layanan 2G.
Bertepatan dengan hari ulang tahun (HUT) ke-19 emiten berkode EXCL yang jatuh pada 8 Oktober mendatang itu akhirnya meningkatkan layanannya dengan meng-upgrade tiga BTS dari lima BTS yang ada agar mampu mendukung penggunaan layanan 3G di wilayah itu.
Tak tanggung-tanggung, dimulainya pengoperasian fasilitas infrastruktur 3G milik XL itu diresmikan langsung oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara serta disaksikan para pejabat dan tokoh masyarakat setempat.
Sebenarnya, XL bukanlah operator telekomunikasi yang pertama dan satu-satunya yang menyediakan layanan 3G di wilayah yang cukup terkenal dengan potensi wisata pantai dan kuliner udang lobsternya itu.
Sejak jauh-jauh hari, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. sudah menyediakan layanan 3G di kawasan tersebut. Bahkan cakupan 3G dari perusahaan pelat merah ini disebut-sebut jauh lebih luas jika dibandingkan dengan cakupan layanan XL.
Lantas, apa yang ingin diraih XL dengan menghadirkan jaringan sejenis di kawasan ini? Apakah semata-mata kepedulian perusahaan dalam membangun kawasan terasing dan terluar Indonesia, ataukah sebagai upaya dalam merebut 'pengaruh' di wilayah itu.
Tak dipungkiri, Pulau Simeulue bersama beberapa gugusan pulau lainnya merupakan kawasan yang sangat menggiurkan. Daya tarik ini terutama untuk industri pariwisata dan berbagai olah raga air, seperti selancar atau surfing.
Ombak di Simeulue sudah terkenal di kalangan sebagian peselancar asing dan mereka secara rutin datang ke kawasan ini. Selain itu, potensi besar juga ada di industri perikanan, terutama industri budi daya udang lobster. Di sektor perkebunan, sejak dulu kawasan ini terkenal dengan produksi cengkihnya.
Direktur Utama XL Dian Siswarini mengungkapkan peningkatan layanan tersebut dilakukan tidak hanya untuk meningkatkan pelayanan kepada konsumen, tetapi juga dalam rangka untuk mendukung program pemerintah dalam membangun kawasan terluar Indonesia.
"Apa yang kami lakukan ini merupakan upaya kami dalam membantu menyediakan infrastruktur yang bisa menjembatani pembangunan di daerah terpencil, termasuk pulau terluar," katanya.
Dia mengungkapkan selain pengoperasian layanan 3G, pihaknya juga menyiapkan berbagai program pelatihan masyarakat, antara lain pelatihan internet bagi pelajar dan program pelatihan bagi nelayan dan petani di kawasan tersebut.
Pengoperasian infrastruktur 3G tersebut menjadi alat pendukung terlaksananya program kemasyarakatan seperti seperti program aplikasi mFish yang diklaim membantu nelayan, program Xmart Village dan XmartCity yang menyasar masyarakat di perdesaan dan kota-kota kecil.
"Dalam kurun 19 tahun ini kami telah berhasil membangun 54.000 BTS, 30.000 km kabel optik dan tahun ini kami mengembangkan long term evolution atau LTE [4G]," sebutnya.
Chief Service Management Officer XL Yessi D. Yosetya mengungkapkan selain program kemasyarakatan, pihaknya juga bakal menawarkan program pantau laut kepada TNI AL yang ada di kawasan itu.
"Kami punya beberapa ide, yang mungkin baik untuk membantu TNI AL dalam menjalankan tugasnya," ujarnya.
Di sisi lain, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyebutkan pihaknya berkomitmen membangun jaringan telekomunikasi terintegrasi yang menyentuh seluruh kabupaten atau kota madya yang ada di Indonesia.
Jaringan tersebut bakal menjadi tulang punggung sistem telekomunikasi dan informasi Indonesia di masa depan. Tentunya, program ini akan menguntungkan operator telekomunikasi dalam melebarkan jaringannya.
"Jaringan ini akan memudahkan operator ketika ingin meningkatkan penetrasi hingga ke wilayah terdalam," ujarnya.
Rudiantara bahkan menjanjikan program tersebut bakal selesai pada 2018. Saat ini, sebutnya, dari 560 ibu kota kabupaten dan kota madya yang ada, tinggal 100 saja yang belum terkoneksi jaringan broadband. "Target 2018 harus selesai semua, karena itu operator dan pemerintah akan bekerja sama mewujudkan hal ini," ungkapnya.
Khusus untuk kawasan Pulau Simeulue, Rudiantara menyebutkan pihaknya sudah menyiapkan rencana lanjutan, yakni pembangunan kabel laut dari Sumatra ke Pulau Simeulue. "Jadi nanti rencananya akan dibangun kabel laut ke Pulau Simeulue dari Sumatra, apakah dari Kabupaten Singkil atau dari Aceh Selatan," katanya.
Pernyataan Menkominfo ini cukup jelas, pemerintah akan menaruh perhatian yang cukup besar pada kawasan ini. Berada di jarak 120 km dari lepas pantai Aceh dan dapat ditempuh dalam satu jam dari Bandara Kualanamu di Medan, mungkinkah kawasan ini bisa menjadi alternatif destinasi selancar selain Pulau Bali dan Lombok.
Jika jawabannya ya, maka mungkin saja langkah XL kali ini tidak hanya sebatas mendukung program pembangunan kawasan terluar Indonesia. Bisa jadi XL tidak ingin ketinggalan momentum. Itu saja.