Bisnis.com, JAKARTA - Anak usaha Computrade Technology International (CTI), Helios Informatika Nusantara menggandeng penyedia jaringan nirkabel, Aruba Networks untuk mendukung adopsi solusi Mobile Engagement dan ClearPass di Indonesia.
Pasalnya dengan penetrasi pengguna perangkat mobile dan layanan internet di tanah air yang mengalami peningkatan cukup signifikan, perusahaan di Indonesia juga harus siap untuk menghadapi era mobility dan bring your own device (BYOD) yang kini berkembang pesat.
Direktur Helios Informatika Nusantara Royani Lo mengemukakan saat ini sebanyak 52 juta masyarakat di Indonesia sudah menggunakan smartphone dengan 88,11 juta layanan internet.
Menurutnya, hal tersebut juga memberikan peluang bagi pengelola ruang publik untuk meningkatkan engagement dan layanan bagi visitor yang terhubung ke jaringan wifi pengelola ruang publik.
“Sayangnya, perusahaan belum memanfaatkan peluang tersebut untuk meningkatkan customer experience dan kerap kali hanya memberikan informasi yang bersifat umum,” tutur Royani dalam keterangan tertulisnya, Senin (21/9/2015).
Royani optimistis Aruba dapat menjadi solusi untuk melakukan personalisasi terhadap customer experience sesuai identitas dan lokasi tempat user berada.
Aruba juga akan menggabungkan software dan hardware berupa navigasi, wi-fi, akses internet dan aplikasi untuk ruang tertutup (indoor venue) sehingga public venue dapat menyisipkan layanan yang telah dimodifikasi berupa pesan dan promosi kepada perangkat mobile pelanggan.
Solusi tersebut menurut Royani juga telah dilengkapi dengan Meridian platform untuk mengumpulkan informasi berbasis lokasi dari visitor serta Aruba Beacon yang mampu mendeteksi lokasi visitor dan menjadi penunjuk arah selama visitor berada dalam suatu venue.
“Kami optimis dengan keunggulan yang dimiliki Aruba dipadukan dengan tim teknis Helios dapat membantu mitra bisnis dalam mendesain solusi mobile engagement dan BYOD bagi para pelanggan korporasi,” ujarnya.
Berdasarkan riset Aruba, sebanyak 30% karyawan di wilayah Asia Pasifik mengalami kehilangan data akibat penyalahgunaan perangkat mobile. Situasi tersebut dipicu oleh perilaku para pengguna BYOD yang umumnya berusia 25-34 cenderung memiliki kesadaran yang rendah akan keamanan informasi, di mana 68% dari mereka sering bertukar perangkat mobile dengan rekannya.
Selain itu, Peningkatan jumlah perangkat mobile menjadi pemicu pertumbuhan utama pasar BYOD dengan tingkat Pertumbuhan Tahunan Gabungan atau Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 25,32% dari 2014 sampai 2019. Namun, maraknya tren BYOD justru menimbulkan kekhawatiran bagi perusahaan di sisi keamanan.
“Kerja sama ini juga akan membuka kesempatan bagi para pengembang dalam mengembangkan aplikasi mobile berbasis platform Meridian,” tukasnya.