Bisnis.com, JAKARTA - Kepala lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Iskandar Zulkarnain mengusulkan kepada Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) untuk membentuk perguruan tinggi yang berfokus pada penelitian.
Menurutnya, rasio peneliti di Indonesia masih sangat kecil, sehingga dibutuhkan perguruan tinggi yang menetaskan peneliti baru di Indonesia.
"Dari kami belum ada usulan secara resmi, tapi secara obrolan informal, Kemenristekdikti juga mempunyai visi yang sama untuk menumbuhkan peneliti di Indonesia," ujar Iskandar saat konfrensi pers di Gedung Widya Graha LIPI, Jakarta, Senin (31/8/2015).
Nantinya, kata Iskandar, dosen di universiti riset ini menganut sistem kerja yang tidak sama dengan perguruan tinggi lain yang masih dibebani oleh jam mengajar dan hanya 1/3 untuk penelitian.
"Dosen menjadi sangat minim perhatian terhadap penelitian karena harus mengejar jam mengajar juga. Maka di research university nanti inginnya benar-benar fokus pada penelitian," ucapnya.
Menurut Iskandar, untuk membuktikan kemajuan dan kemakmuran bangsa di suatu negara terdapat tiga Indikator yaitu anggaran belanja untuk penelitian dan pengembangan (litbang) ilmu pengetahuan dan teknologi, jumlah peneliti serta jumlah lembaga riset yang ada di suatu negara.
Saat ini, kata dia, anggaran belanja untuk penelitian dan pengembangan (litbang) ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia masih rendah, hanya 0,09% dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Adapun rasio perbandingan peneliti dan penduduk di Indonesia adalah 90 peneliti per 1 juta penduduk. Hal ini jauh berbeda dengan kondisi di negara maju lainnya.
Untuk anggaran litbang di Malaysia mencapai 2%, China di atas 2%, Amerika mendekati 3%, dan Israel 4%. Kita 0,1% saja belum. Belum lagi jumlah penelitinya Brasil memiliki 700 peneliti per 1 juta penduduk, Rusia 3.000 peneliti per 1 juta penduduk, India 160 peneliti per 1 juta penduduk, China memiliki 1.020 peneliti per 1 juta penduduk, dan Korea memiliki 5.900 peneliti per 1 juta penduduk.
Selain itu, jumlah lembaga riset di Indonesia masih sedikit. Padahal, begitu banyak masalah yang perlu diselesaikan secara bersama-sama. "Di Amerika itu, ada 390 lembaga riset, di Jerman ada lebih dari 190, di Jepang di atas 70, di Indonesia ya bisa kita hitung sendiri," paparnya.
Fokus penelitian dengan mempertimbangkan tiga indikator tersebut diharapkan dapat menopang cita-cita mewujudkan Indonesia yang memiliki demokrasi berkeadilan sosial.