Bisnis.com, JAKARTA - Menghilirisasikan hasil riset putra-putri Indonesia merupakan hal penting untuk mendorong implementasi hasil riset menjadi lebih bermanfaat bagi kesejahteraan bangsa dan mendukung ketahanan pangan.
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) giat melakukan mediasi antara inventor dan investor untuk mendorong hilirisasi dan komersialisasi riset ke sektor-sektor bernilai ekonomis.
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek) Muhammad Nasir mengimbau inventor (penyedia teknologi) dan investor bekerja sama dalam mengembangkan hasil penelitian untuk menjawab kebutuhan pasar, baik nasional maupun internasional.
"Pemerintah bertekad selalu mendorong hasil penelitian dan pengembangan menjadi sebuah inovasi yang siap diusung menjadi industri," katanya di Bogor, Jawa Barat, Jumat (27/3/2015).
Saat mengunjungi PT Karya Anugerah Rumpin untuk melihat implementasi hasil riset dan teknologi pada sektor peternakan, ia mengatakan riset merupakan suatu investasi yang melahirkan inovasi untuk meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing bangsa.
Hasil riset itu dapat digunakan mendorong terciptanya swasembada pangan seperti swasembada daging sapi. "Riset adalah investasi awal, jangan kita riset terus tapi tidak bisa hasilkan revenue, pendekatan harus pada penghasilan," ujarnya.
Hasil riset, lanjutnya, harus diterapkan, baik dalam industri maupun sektor ekonomi strategis lainnya, sehingga membawa dampak ekonomi yang lebih besar. "Selain publikasi yang dilakukan, kita harus menghilirisasikan riset-riset itu ke hulu," katanya.
Ia berharap para pemilik modal dan industri mau menggandeng para penghasil inovasi, baik dalam bentuk penelitian bersama maupun bentuk-bentuk konsorsium penelitian lainnya.
Dalam mendorong hilirisasi hasil riset, salah satu contoh yang dilakukan Kemenristekdikti adalah melakukan intermediasi PT Karya Anugerah Rumpin dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk bekerja sama dalam sektor peternakan.
"Pada pengembangan sektor peternakan, banyak teknologi yang dapat diterapkan, khususnya perbaikan genetik sapi lokal, pembibitan, pembiakan dan pembesaran sapi unggul," lanjutnya.
Adapun teknologi yang dapat dikembangkan pada industri peternakan hulu antara lain perbaikan genetik, produksi sperma bibit unggul, perbanyakan bibit dengan "IB Sexing" dan embrio transfer, lanjutnya.
Selain itu, teknologi on farm seperti teknologi pakan silase, pakan konsentrat, teknologi penanaman hijau pakan ternak dan teknologi pola pakan.
Pada industri hilir, teknologi yang dapat dikembangkan antara lain pengolahan daging, pengolahan tulang menjadi gelatin, pengolahan kulit, pengolahan limbah sapi menjadi pupuk dan biogas.
Riset sesuai Kebutuhan Menristek Muhammad Nasir mengunjungi salah satu industri peternakan sapi yakni PT Karya Anugerah Rumpin (PT KAR) di Bogor, Jawa Barat, Jumat (27/3), dalam rangka melihat implementasi hasil riset dan teknologi pada sektor peternakan.
"Kunjungan kerja saya ini dimaksudkan untuk melihat dari dekat kerja sama Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI dengan industri, yaitu PT Karya Anugerah Rumpin, dalam sektor peternakan," katanya.
Kunjungan itu diperuntukkan melihat teknologi terapan dalam mengembangkan industri peternakan, khususnya perbaikan genetik sapi lokal, pembibitan, pembiakan dan pembesaran sapi unggul.
Ia berharap inovasi dalam sektor peternakan sapi itu menjadi awal kontribusi ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mendukung program utama pemerintah dalam ketahanan pangan.
Ketahanan pangan merupakan salah satu target yang ingin diwujudkan pemerintah saat ini, khususnya guna mencapai swasembada daging pada 2019. Ia mengatakan penerapan teknologi itu sebagai wujud bahwa sesungguhnya hasil penelitian dan pengembangan dapat diterapkan pada industri dan masyarakat.
"Kekhawatiran dan keraguan kita terhadap produk penelitian dan pengembangan nasional yang dianggap seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan industri atau masyarakat tidak sepenuhnya benar," ujarnya.
Kerja sama LIPI dan PT KAR itu difasilitasi oleh Kemenristekdikti melalui intermediasi teknologi. Tugas dan fungsi pemerintah yang dalam hal ini Kemenristekdikti dibantu dengan intermediator melakukan pendekatan kepada kedua belah pihak untuk saling mengenal dan memulai tahapan pertemuan kerja sama (business gathering).
"Kita harus memikirkan riset betul-betul bermanfaat bagi dunia usaha," katanya.
Kemenrisrekdikti melalui Business Inovation Center (BIC) pada 2013 telah berhasil melakukan intermediasi untuk membangun kepercayaan industri, yakni PT KAR untuk melakukan kerja sama dengan LIPI dalam bidang peternakan.
Kerja sama tersebut selain merupakan contoh penerapan hasil penelitian dan pengembangan pada industri dan masyarakat juga merupakan contoh sukses sinergi antara pemerintah, akademisi dan sektor bisnis sebagai aktor-aktor bisnis.
Keberhasilan sinergitas antara akademisi yang diperankan LIPI, dunia bisnis melalui PT KAR dan pemerintah melalui Kemenristekdikti itu dapat terus terbangun dan diikuti oleh inovasi-inovasi lainnya, harapnya.
Sinergi untuk Swasembada Kemenristekdikti bekerja sama dengan pemerintah provinsi DKI Jakarta dalam penerapan dan pengembangan agribisnis peternakan sapi terpadu.
Hal itu dikukuhkan dalam penandatanganan Nota Kesepahaman ("Memorandum of Understanding/MoU") di kantor PT Karya Anugerah Rumpin di Bogor, Jawa Barat, Jumat (27/3).
"Ini (kerja sama) merupakan wujud nyata sinergi antara akademisi, bisnis dan pemerintah yang terbangun karena melihat peluang pasar dan kebutuhan bangsa akan pangan," kata Menristek Muhammad Nasir.
Kerja sama yang terjalin antara penyedia teknologi, industri dan pemerintah daerah itu merupakan pemafaatan hasil penelitian untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. "Besar harapan saya dengan melakukan sinergi ini dapat mempercepat terwujudnya swasembada daging di tahun 2019," ujarnya.
Ia berharap tidak hanya DKI yang melakukan MoU melainkan provinsi lainnya untuk meningkatkan produktivitas peternak dalam menghasilkan bibit sapi unggul.
Direktur Utama PT Karya Anugerah Rumpin, Karnadi mengatakan ada sekitar 600-700 ekor sapi yang berada di tempat industri untuk seleksi dan terus setiap tahun kita hasilkan bibit unggul 100 ekor untuk "breeding".
Ia mengatakan bibit sapi unggul diperoleh melalui proses perkawinan secara genetik dengan gen-gen unggul dari sapi lokal Indonesia seperti sapi sumba ongol. Bibit unggul itu memiliki kelebihan antara lain fisik yang tangguh dan pertumbuhan lebih cepat, lanjutnya.
"Misalnya sapi unggul dua tahun memiliki berat bisa 300-400 kg, sapi yang biasa umur dua tahun, tiga tahun beratnya sampai 170 kg," katanya.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengapresiasi hasil riset itu dan bekerja sama dengan Kemenristekdikti dalam menerapkan hasil riset itu untuk mendorong swasembada pangan terutama kebutuhan daging sapi.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui PD Dharma Jaya berencana membuka peternakan sapi unggul dengan memanfaatkan bibit sapi unggul. Bibit unggul itu diperoleh dari hasil riset LIPI dan PT Karya Anugerah Rumpin.
"Kami menyediakan lahan 200 hektare di Nusa Tenggara Timur untuk peternakan sapi unggul ini," kata Direktur Utama Dharma Jaya Marina Ratna Dwi. Pihaknya berencana akan melakukan peternakan untuk 2.500 ekor sapi dari bibit unggul pada lahan itu.
"Ke depan kita berharap bisa swasembada daging sapi untuk kebutuhan pasar di Jakarta," katanya. []