Bisnis.com, JAKARTA – Saat ini One Plus menjadi buah bibir di negara asalnya, China, maupun sejumlah negara lain. Padahal perusahaan itu baru berusia setahun dan hanya mengandalkan satu ponsel pintar, One.
Rupanya, capaian itu juga sebanding dengan kinerja keuangannya. Dalam keterangan tertulis yang diterima Bisnis.com, Selasa (3/2/2015), One Plus mengklaim berhasil meraih pendapatan sebesar US$300 juta--Rp3,6 triliun kurs Rp12.000 per dolar AS--selama 2014 dari penjualan One dan merchandise.
Manajer Komunikasi One Plus Global Bridget Hickey mengatakan mayoritas ponsel One atau 39% dikapalkan ke kawasan China Raya (China, Taiwan, dan Hongkong) selama tahun lalu.
“Untuk kawasan Eropa, shipment mencapai 32%,” katanya.
Negara Eropa yang didatangi itu adalah Austria, Belgia, Denmark, Finlandia, Jerman, Italia, Inggris, dan Swedia. Setelah Benua Biru, pasar berikutnya adalah Amerika Utara yang meliputi Amerika Serikat dan Kanada. Lebih dari seperlima (22%) pengapalan ponsel premium itu menuju ke sana.
Peringkat keempat alias paling bontot diduduki oleh pasar India. Negara terpadat kedua di dunia itu, kata Bridget, sudah menyumbang 7% untuk total penjualan. “Padahal kami baru mengirim One pada Desember lalu,” tambahnya.
Pada 2015 ini, One Plus mencanangkan ekspansi ke kawasan negara-negara berkembang seperti Timur Tengah, Amerika Latin, dan Indonesia. Pada 27 Januari lalu, One telah dijual secara eksklusif di situs belanja online, Lazada Indonesia.
Direktur One Plus Global Carl Pei mengatakan perusahaan yang didirikannya itu sejak awal memang mengincar pasar luar negeri. Langkah ini berbeda dengan merek-merek ponsel asal Negeri Panda yang baru ekspansi keluar setelah mapan di pasar dalam negeri.
“Kami tidak ingin hanya jadi perusahaan China,” ujar dia beberapa waktu lalu.
Saat ini, karyawan One Plus tercatat ada 88 orang yang berasal dari 13 negara dengan usia rata-rata 25,5 tahun.
Sementara itu, popularitas merek itu diprediksi akan terus bertambah. Per Desember 2014, forum media sosialnya disukai hampir 450.000 orang. Padahal, enam bulan sebelumnya baru mencatat anggota 150.000.