Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) M. Nasir akan mensinergikan riset dengan bisnis.
"Saya mengharapkan ada satu media yang bisa mempertemukan antara riset dan bisnis dengan pemerintah sebagai fasilitatornya," kata Nasir dalam acara Health Proffesional Education Quality (HPEQ) di Jakarta, Selasa (9/12/2014).
Dia menjelaskan pemerintah akan memediasi agar hasil riset bisa diterima dunia usaha.
"Riset yang dilakukan diharapkan dapat memperbaiki sektor yang ada misalnya kesehatan." Nasir menilai publikasi terhadap riset sudah bagus, namun yang menjadi masalah adalah pemanfaatannya.
"Yang terpenting adalah bagaimana riset dapat dimanfaatkan."
Terdapat dua macam bentuk riset yakni dalam bentuk teknologi dan inovasi. Jika dalam tahap inovasi maka bisa dihilirkan.
"Tidak masalah produk apapun dan siapa akan yang akan memanfaatkan," katanya.
Dia memberi contoh adanya penelitian mengenai bahan pokok pengganti makanan. Beras diganti dengan paduan wortel dicampur ubi yang komposisinya setara dengan beras.
"Beras tiruan itu diharapkan bisa menjadi pengganti beras," kata Mantan Rektor Universitas Diponegoro itu.
Jumlah riset yang dilakukan Kemristek (nama sebelum Kemenristek Dikti) sepanjang 2008-2014 sebanyak 671 riset, namun yang sudah diterapkan baru 106 riset.
Sementara itu di Dikti mencapai 11.000 hasil riset, namun belum ada laporan mengenai riset yang sudah diterapkan.
"Saya mendesak agar Dirjen Dikti melakukan evaluasi mengenai mana saja riset yang dihilirisasi dan yang belum," tukas dia.