Bisnis.com, JAKARTA – Kebutuhan tenaga analisis bisnis (business analysis) dinilai belum diimbangi dengan ketersediaan dan keterampilan dunia kerja.
Menurut studi McKinsey Global, Amerika Serikat membutuhkan 190.000 analis dan 1,5 juta manajer pada 2018. Sementara itu, lembaga riset Accenture memproyeksikan enam industri besar di tujuh negara membutuhkan 117.600 analis pada 2015.
Kristianus Yulianto, Manajer Layanan dan Konsultasi SAS Indonesia—anak usaha SAS, penyedia software analisa bisnis—mengatakan selain masalah ketersediaan, kesiapan tenaga juga kurang memadai. Pasalnya, pengajaran di bangku kuliah lebih menekankan pada kemampuan algoritma, bukan praktik bisnis.
“Salah satu konsumen kami mengatakan bahwa lulusan baru umumnya siap dibentuk, tapi belum siap ditugaskan,” katanya di Jakarta, hari ini, Kamis (4/9/2014).
Sebagai upaya mengatasi kesenjangan tersebut, SAS bekerja sama dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, mengadakan lomba karya tulis ilmiah bagi dosen dan mahasiswa bertajuk SAS Competition 2014.
Dalam lomba tersebut peserta mengirimkan karya tulis atau makalah bertema Analytics for Business Decision Making dengan SAS sebagai perangkat lunak pendukungnya.
Lomba ini akan menghasilkan tiga finalis (perorangan maupun tim) yang dinilai oleh juri dari SAS dan ITS. Para finalis kemudian mempresentasikan hasil karya tulisnya dalam International Conference on Statistics and Mathematics (ICSM) 2014 di Surabaya pada 27-28 November 2014.
“Makalah terpilih dalam ICSM 2014 akan dipublikasikan dalam jurnal internasional yang terindeks di Scopus dan Thompson,” kata Irhamah, Panitia ICSM 2014 dan pengajar Jurusan Statistika ITS.
Bagi mahasiswa dan dosen yang tertarik dengan lomba itu, segera buka situs www.sas.com/id/sascompetition2014.