Bisnis.com, SAN FRANCISCO - Pengguna media sosial Twitter diprediksi akan mendekati 400 juta akun pada 2018 dengan mayoritas pengguna dari Asia, Amerika Latin, dan Timur Tengah.
Perusahaan konsultan eMarketer memprediksi hal tersebut dan jauh di bawah ekspektasi yang diharapkan mampu mencapai 1 miliar pengguna.
Studi baru dari perusahaan riset industri periklanan digital menunjukkan bahwa pertumbuhan pengguna Twitter akan stagnan di pasar negara maju dalam waktu lima tahun.
Pada 2018, pertumbuhan pengguna Twitter di Amerika Serikat dan Jepang akan terus menurun masing-masing menjadi 6,4% dan 6,1%, sedangkan secara global hanya akan mencapai 386,9 juta pengguna.
Setelah diperjuangkan oleh Silicon Valley untuk menjadi "The Next Facebook" yang mampu menembus 1 miliar pengguna, Twitter malah menghadapi pertumbuhan yang stagnan dalam dua kuartal pertama sebagai perusahaan publik, dengan harga saham yang diperdagangkan rendah.
Di sisi lain, salah satu faktor yang membelokan perkiraan awal adalah pelarangan penggunaan Twitter di China. Kendati demikian, perusahaan media sosial tersebut memiliki potensi yang signifikan di pasar negara berkembang dengan prediksi pertumbuhan penggguna yang meningkat di Asia.
Tercatat, India dan Indonesia mampu mengungguli Inggris dengan jumlah populasi pengguna ketiga dan keempat terbesar di tahun ini.
eMarketer juga memprediksi, pertumbuhan pengguna di India bisa mencapai 60% di tahun ini dan ikut berperan dalam pemilu baru-baru ini.
Analis menganggap ketergantungan Twitter terhadap pasar negara berkembang menjadi kelemahan, mengingat harga iklan digital tetap jauh lebih rendah.