Bisnis.com, JAKARTA—Telkom menargetkan perpindahan pelanggan Flexi sebagai konsekuensi penggunaan frekuensi di spektrum 850MHz sebagai extended GSM Telkomsel akan selesai dalam waktu 2 tahun sejak disetujui pemerintah.
Direktur Utama Telkom Arief Yahya mengatakan pihaknya masih berkonsultasi dengan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) terkait dengan rencana tersebut.
“Seandainya pelanggan dimigrasi, tentu mereka akan kami perhatikan. Untuk daerah kawasan timur Indonesia ini sangat baik,” ujarnya seusai bedah buku Great Spirit Grand Strategy di Jakarta, Kamis (19/12/2013).
Pihaknya juga tengah mempertimbangkan berbagai kompensasi yang akan diberikan kepada pelanggan jika harus bermigrasi. Salah satu opsi kompensasi yang akan diberikan adalah penggantian handset pengguna.
Dia menyebutkan strategi tersebut juga akan berdampak positif bagis bisnis perseroan. Salah satuya adalah pengurangan pembangunan base transceiver station (BTS). Pihaknya juga masih bisa memanfaatkan sebagian BTS Flexi yang sudah ada.
Arief mengatakan jika rencana tersebut terealisasi, dari sebanyak 4.000 BTS Flexi yang ada sekitar 75% di antaranya masih dapat digunakan. Adapun sisanya dapat dijual. Menurut Arief average revenue per user (ARPU) Flexi saat ini hampir sama dengan seluler. Tarif yang berlaku saat ini juga tidak jauh berbeda.
Dia menambahkan salah satu wilayah yang kini tengah dikaji untuk implementasi extended GSM adalah Papua. Telkom sudah berkomunikasi dengan pemerintah daerah setempat. Pihaknya juga sudah mengajukan izin ke Kominfo.
Dirjen Sumber Daya dan Perangkat dan Pos Informatika (SDPP) Kominfo M Budi Setiawan sebelumnya mengatakan pihaknya belum memberikan izin atas permohonan uji coba layanan GSM oleh Telkom di Papua Barat.
Menurutnya Telkom telah meminta izin uji coba penggunaan frekuensi Flexi sebesar 5MHz. Kalaupun akhirnya diberikan izin, katanya, maka uji coba itu akan berbatas tempat dan waktu serta non komersial.