Bisnis.com, JAKARTA - Selain menjadi tren, sejumlah orang juga menganggap Internet sebagai kebutuhan pokok. Dari kaca mata bisnis, perusahaan yang ingin mencari lebih banyak konsumen pun sebaiknya tidak melupakan keberadaan netizen alias pengguna Internet aktif.
Menurut lembaga riset MarkPlus Insight jumlah pengguna Internet di Indonesia saat ini mencapai 74,57 juta orang. Jumlah itu 22% lebih banyak dibandingkan dengan data 2012. Dari total pengguna tersebut sebanyak 31,7 juta di antaranya berkategori netizen.
MarkPlus mengkategorikan pengguna yang mengakses Internet lebih dari 3 jam dalam sehari ke dalam golongan ini. Mereka menyebutkan tren berinternet telah menjalar ke segala lapisan masyarakat Indonesia.
Dalam publikasi terbarunya Netizen Survey 2013 mereka menyebutkan hampir separuh dari netizen di Tanah Air berusia di bawah 30 tahun. Responden yang berusia di atas 45 tahun hanya tercatat sebanyak 16%. Survei itu melibatkan 2.150 responden berusia 15 hingga 64 tahun dari 10 kota besar di Indonesia.
“Jumlah netizen memang masih sedikit tapi penting. Mereka membentuk ekosistem dan masing-masing memiliki peran yang memengaruhi apakah apakah itu spending, decission making atau lainnya,” kata Chief Operations MarkPlus Insight Farid Subkhan di Jakarta, Senin (28/10/2013).
Menurut MarkPlus terdapat empat jenis pengguna Internet di Indonesia. Ada yang berkategori crawler alias hanya melihat-lihat, curator atau pencari informasi, commentator bagi mereka yang aktif mem-posting, chatter alias pengguna yang aktif berkomunikasi melalui aplikasi Internet, serta kategori catalyst untuk mereka yang aktif blogging dan kerap menjadi media buzzer.
Berdasarkan survei sebanyak 32,6% dari total pengguna Internet di Indonesia termasuk jenis crawler. Mereka yang masuk ke golongan commentator tercatat sebanyak 11,5%, sedangkan chatter dan catalyst masing-masing 5,1% dan 5,5%. Golongan terbesar dari pengguna Internet di Indonesia adalah curator.
Farid menyebutkan penggolongan tersebut erat kaitannya dengan tingkat koneksi orang tertarik pada produk tertentu yang menggunakan Internet sebagai media promosi maupun transaksi. “Awalnya orang aware, lalu appeal dengan mencari informasi dengan mereka bertanya ke orang lain, sampai akhirnya bertransaksi dan ikut mempromosikan produk itu,” ujarnya.
Dia menambahkan di ranah belanja online, Indonesia menunjukkan perkembangan cukup baik. Satu dari lima orang bertransaksi melalui dunia maya. Kondisi semacam itu, katanya, pernah terjadi di Singapura 10 tahun silam sampai akhirnya mereka menjadi salah satu negara terdepan untuk urusan belanja online dan Internet.
Berdasarkan survei MarkPlus jumlah netizen yang bias berbelanja online kini mencapai 20%. Tahun lalu jumlahnya hanya sebesar 15%. Mayoritas dari mereka adalah wanita. Sebanyak 14% netizen yang disurvei menyebutkan pengeluaran untuk belanja online rata-rata Rp200.000.
Blackberry Messenger Group ternyata menjadi sumber utama netizen belanja online. Jumlahnya mencapai 27%. Responden yang memilih menggunakan Facebook tercatat sebanyak 26%. Netizen dengan jumlah yang sama memilih membeli barang dari forum dan classified ads seperti Tokobagus. Adapun 20% lainnya lebih nyaman berbelanja di toko online seperti Lazada, Zalora dabn lainnya. Tak heran barang-barang seperti baju, sepatu dan tas masih menjadi produk paling banyak dibeli oleh netizen.
Soal metode pembayaran, MarkPlus menemukan sebanyak 80,7% responden memilih cara transfer antar rekening. Mereka yang memilih metode cash on delivery juga masih banyak, mencapai 27,1%.
Pengguna di Indonesia juga tercatat semakin royal untuk urusan budget akses Internet. Menurut catatan MarkPlus sebanyak 69,3% responden sudah menyiapkan anggaran khusus untuk biaya Internet. Rata-rata responden menghabiskan Rp50.000-Rp100.000 per bulan untuk keperluan tersebut. Ada juga pengguna yang rela mengeluarkan duit di atas Rp150.000 per bulan demi mendapatkan akses Internet yang lebih baik.
Melihat kondisi tersebut, tak heran jika MarkPlus berani menyebut jumlah pengguna Internet di Indonesia 5 tahun mendatang bakal mencapai 191 juta. “Penetrasi Internet juga meningkat pesat, mereka adalah pasar yang potensial,” kata Farid.
Dia menyebutkan penetrasi Internet tersebut tumbuh pesat karena dipacu layanan sejumlah operator telekomunikasi. Apalagi penggunaan gadget canggih di kalangan masyarakat kini semakin jamak.
Menurut data lembaga riset IDC pertumbuhan tablet di Indonesia yang bakal menyalip notebook pada akhir tahun ini. Menurut mereka total pengiriman tablet di Indonesia hingga akhir 2013 akan mencapai 3,6 juta unit. Jumlah itu lebih banyak ketimbang notebook yang diperkirakan hanya mencapai 3,35 juta unit.
Adapun belanja consumer untuk smartphone diperkirakan akhir tahun ini akan mencapai 9 juta unit. Jumlah itu masih jauh lebih sedikit ketimbang featurephone yang diprediksi masih merajai dengan total pengiriman sebanyak 50 juta unit. Ponsel berbasis sistem operasi (non smartphone) seperti Symbian diprediksi laku hingga 13 juta unit hingga akhir 2013.
“Ada beberapa hal yang memicu belanja consumer yakni inflasi dan perkembangan perangkat. Konsumen akan menunggu, ke depan harga perangkat seperti ponsel juga akan semakin murah,” ujar Associate Director & Head of Operation IDC Indonesia Sudev Bangah beberapa waktu lalu.
Geliat Netizen, Makan Enggak Makan Asal Connect
Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:
Penulis : Galih Kurniawan
Editor : Bambang Supriyanto