Bisnis.com, JAKARTA—Industri software lokal diprediksi masih memiliki celah untuk berkembang meski digempur produk asing dengan merek yang sudah lama moncer.
“Produk software lokal sekarang sepertinya lebih banyak masuk ke segmen usaha kecil menengah (SME), ada peluang di situ,” ujar Vice President IPR & Business Ethics Asosiasi Peranti Lunak Telematika Indonesia (Aspiluki) Richard Kartawijaya dalam perbincangan dengan Bisnis di Jakarta, Sabtu (21/9/2013)
Dia menilai sejumlah UKM belum mampu mengadopsi software maupun solusi dari perusahaan asing karena harga yang masih kelewat mahal. Sebagian dari mereka pun memilih software dan solusi dari perusahaan lokal yang kerap menawarkan harga menarik. Menurut Richard faktor harga itu pula yang menjadi salah satu daya saing produk software lokal.
Meski begitu dia berharap pelaku lokal untuk segera masuk ke segmen enterprise meski persaingan bakal semakin ketat. Dia menyebutkan industri software lokal yang masih terpaku di segmen UKM dapat memunculkan stigma bahwa kualitas produk masih rendah.
“Padahal banyak developer bagus, dari segi harga juga bukan kendala, tantangannya hanya kepercayaan pengguna,” ujar pria yang pernah menjadi bos Microsoft Indonesia itu.
Richard mengatakan kendala yang biasanya dihadapi pemain lokal adalah ketersediaan sumber daya manusia yang belum lengkap dalam tim pengembangan. Perusahaan yang membuat software di bidang tertentu, katanya, harus memiliki ahli di bidang tersebut dan terlibat dalam pengembangan. “Tidak bisa hanya mengandalkan orang-orang TI.”
Dia menilai pasar software di Tanah Air masih cukup besar untuk dimasuki pemain baru. Dia memperkirakan tahun ini nilainya mencapai US$200 juta. Meski masih kalah jauh ketimbang pasar hardware yang diprediksi tembus US$4 miliar namun Ruchard meyakini kondisi tersebut masih cukup kondusif.