Masyarakat Lebih Khawatir Harga Ponsel Naik Dibanding Lauk Pauk

Winda Rahmawati
Sabtu, 31 Agustus 2013 | 21:32 WIB
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah riset menyebutkan masyarakat saat ini lebih khawatir dengan kenaikan harga komoditas tersier dibandingkan dengan kenaikan harga lauk pauk.

Temuan Prapancha Research (PR) itu didasarkan atas dinamika persepsi masyarakat perihal penurunan nilai tukar rupiah, khususnya di kalangan jejaring sosial Twitter.

Analis PR Adi Ahdiat menjelaskan fenomena itu terlihat dari lebih maraknya perbincangan tentang rupiah yang dikaitkan dengan dampaknya terhadap harga laptop, ponsel, mobil dan berbagai peranti elektronik.

“Jumlahnya mencapai 7.000 kicauan, lebih tinggi dari perbincangan tentang dampak pelemahan rupiah ke bahan makanan,” katanya dalam siaran pers yang diterima Bisnis, Sabtu (31/8/2013).

Namun jika diperbandingkan dengan India, fenomena seperti ini tidak dijumpai pada jejaring sosial warganya yang saat ini juga sedang dihadapkan pada kemerosotan nilai mata uangnya, Rupee.

Dari 137.000 pembicaraan tentang rupee pada sembilan hari terakhir, tidak terlalu nampak celoteh-celoteh yang mencemaskan kenaikan harga barang-barang tersier sebagaimana di Indonesia. Kalaupun ada, jumlahnya tak lebih dari puluhan, tidak signifikan.

“Perbandingan kontras ini memperlihatkan kultur gandrung belanja kelas menengah kita. Bahkan salah satu kicauan yang banyak ditanggapi di jejaring sosial kita adalah ajakan sebuah perusahaan mobil untuk buru-buru membeli produk barunya sebelum harganya benar-benar naik,” ujar Adi.

Dengan potensinya menggoyang stabilitas, pelemahan mata uang adalah momok menakutkan bagi pemerintahan suatu negara.

Dalam sejarahnya, rezim sekuat Orde Baru sekalipun tumbang bermula dari melemahnya mata uang yang tidak lama kemudian mengakibatkan kepanikan dan huru-hara.

Menurut Adi,  di tengah-tengah kebutuhan menekan belanja impor yang menahan laju kenaikan rupiah dengan sendirinya menjadi tantangan yang lebih besar.

“Kita harus belajar,” tuturnya.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Winda Rahmawati
Editor : Yusran Yunus
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper