Bisnis.com, JAKARTA - Berbincang santai dengan Carmelita Hartoto, kerap menghadirkan tawa. Ketika ditanya seputar waktu senggang di sela-sela kesibukannya mengelola perusahaan, dia menjawab dengan satu kata singkat, bergaul.
Menikmati waktu luang adalah hal yang paling ditunggunya. ”Jadi kadang-kadang saya merasa harus lari dari staf saya yang kerap mendekat dan menyodori saya paper ha-ha-ha.”
Adapun pada saat senggang, dia menyempatkan waktunya untuk membangun jejaring dengan semua kalangan, terutama kaumnya. Di saat tak berkutat dengan urusan kerja, dia memilih berada di tengah teman-teman sosialitanya.
Dia berterus terang nggak mau terlalu sibuk, sehingga tak punya waktu. Apalagi ke depannya, dia juga mempunyai teman-teman yang lain, selain dari teman-teman di lingkup usaha.
“Masa kalau nanti pensiun, teman-teman saya hanya dari [kalangan] bapak-bapak saja, nggak ada yang dari kalangan ibu-ibunya, ha-haha.” Ya dengan bergaul ini ada keseimbangan. Dengan begitu, maka yang dipikirin tidak hanya rutinitas kerja. Jadi ada kalanya perlu juga bergaul dengan yang lain.”
Menurut penyandang gelar MBA Finance dari Webster University ini, banyak wawasan yang bermanfaat dari jejaring pertemanan yang di antaranya mulai dari teman sekolah hingga istriistri kolega-kolega bisnisnya.
Komunikasi dan sharing di antara mereka pun menurutnya membahas apa pun misalnya peran perempuan, kiat usaha, sampai dengan hal-hal umum lainnya. ”Pasti ada hikmahnya, misalnya [berbagi pengetahuan] bagaimana meyakinkan [persuade] orang. Ini juga penting. Ini berbeda dengan memaksakan kehendak ya. Namun, ada saatnya kita juga perlu memaksakan kehendak, dan ada pula saatnya kita persuasif dengan orang. Ini yang kita dapatkan dari sisi perempuan kita,” jelasnya.
Adapun hal lainnya, misalnya, bagaimana mereka menangani anak-anak ketika harus berurusan dengan sekolahnya. Dalam bergaul, tambahnya, juga tidak selalu harus dengan kalangan dengan level yang sama. Ada kalanya dia merasa perlu untuk turun ke bawah untuk mengetahui apa yang dirasakan karyawannya.
”Saya juga biasa ke pelabuhan. Dulu ketika masih [belajar] di pelabuhan, di warehouse, saya juga berkomunikasi dengan banyak buruh. Dengan begini kami jadi tahu cara berpikir mereka.”
Dengan ini, Carmelita pun mengerti bagaimana harus berkomunikasi dengan anak buah di level paling bawah yang belum tentu paham dengan berbagai penjelasan yang disampaikan secara logis. Misalnya, ketika suatu kala dia harus menanamkan budaya melayani, bahwa tamu adalah raja. Hal ini diawalnya tidak mudah.
Karakter dunia pelabuhan yang sarat dengan kerja keras, sengatan terik matahari, dan berbagai macam ulah buruh juga menjadi bagian background yang tak luput dipelajarinya sebagai pemilik usaha.
Kepemimpinan yang kharismatik seakan menjadi bagian dari sosok perempuan ini. Tidak heran jika Carmelita mengagumi sosok Bung Karno, salah satu tokoh nasional yang memiliki kepedulian yang sangat tinggi terhadap dunia maritim, dan cara berpikir yang hebat pada zamannya.
”Presiden Soekarno di dalam negeri dihargai, di luar negeri juga disegani. Inilah yang dirasakan oleh semua. Kaum muda pun hingga kini masih mengenangnya, meski beliau sudah lama tiada,” ujarnya.