Dengan prinsip bahwa segala sesuatu itu bisa dipelajari dan ada logikanya. Raharjo Adisusanto selalu menerapkan pendekatan logisnya untuk segala sesuatu yang dihadapinya. Chief executive officer PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) ini optimistis mampu membawa timnya di badan usaha milik negara tersebut sukses mengemban misi penting. Apa saja misinya? Berikut petikan wawancara Bisnis dengannya baru-baru ini:
Boleh dijelaskan misi yang diemban oleh PT Sarana Multigriya Finansial (SMF)?
Kami ini didirikan oleh pemerintah sebagai perusahaan pembiayaan sekunder perumahan, saya singkat PSP. Jadi sampai sekarang usianya relative masih baru, [berdiri] 22 Juli 2005. Intinya, latar belakang pendiriannya pada waktu itu pertama adalah untuk menyediakan dana jangka panjang kepada penyalur kredit pemilikan rumah [KPR] untuk menanggulangi masalah kesenjangan jatuh tempo [maturity mismatch]. Kedua, untuk meningkatkan pertumbuhan volume KPR di Indonesia. Ini dilakukan dengan dua kegiatan utama kami, intinya adalah sekuritisasi atas tagihan KPR dan kedua, kami masih diperkenankan sampai 2018 sesuai peraturan presiden, kami memberikan pembiayaan atau penyaluran pinjaman kepada penyalur KPR. Penyalur KPR saat ini mayoritas terbesar adalah perbankan, ini sekitar 99%. Adapun yang 1% itu perusahaan pembiayaan [multifinance].
Bisa dijelaskan mengenai sekuritisasi?
Sekuritisasi atas tagihan KPR, atau bahasa simpelnya adalah menjual putus tagihan KPR dari perbankan untuk dijual di pasar modal kepada investor di pasar modal, dengan diterbitkannya surat berharga atau efek yang disebut efek beragun aset atau EBA. Sementara untuk penyaluran pinjaman atau pembiayaan kami memberikan pembiayaan kepada penyalur KPR, jadi dana jangka panjang. Kenapa harus dana jangka panjang? Ini kan karena KPR bisa disebut kredit jangka sangat panjang, lebih panjang daripada kredit investasi. Ini karena di investasi itu faktanya di Indonesia antara 5 tahun, 7 tahun, hingga 10 tahun, sedangkan KPR banyak yang di atas 10 tahun, 15 tahun, 20 tahun maupun 25 tahun.
Bagaimana peluang pembiayaan KPR di Indonesia?
Pembiayaan perumahan di Indonesia masih terbuka luas, itu bisa dilihat dari tiga indikator. Pertama, adalah meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia yang kalau dilihat dari data Badan Pusat Statistik [BPS] itu sekitar 1,5% per tahun, kalau dari penduduk Indonesia saat ini 250 juta jiwa, itu sekitar 3,75 juta jiwa pertambahan penduduk Indonesia, ini kasar ya. Kalau diasumsikan satu rumah dihuni oleh empat orang ma ka diperlukan 900.000 unit rumah tam bahan per tahun akibat pertumbuhan penduduk.
Belum lagi adanya backlog atau kesenjangan ketersediaan perumahan di Indonesia yang sekitar 15 juta
unit rumah. Ada yang memprediksi kalau itu dibangun untuk memenuhi 15 juta dalam 20 tahun ke depan, diperlukan lagi sekitar 900.000 unit rumah per tahunnya. Berarti kan kalau antara pemenuhan akibat pertumbuhan penduduk maupun backlog atau kesenjangan terhadap ketersediaan perumahan totalnya bisa 1,8 juta unit rumah per tahun, ini jumlah yang sangat besar. Supply-nya sendiri dari REI [Real Estat Indonesia] maupun Apersi [Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia/Apersi] mereka itu paling banter setahun antara 200.000- 300.000 unit rumah.
Yang kedua adalah indikator KPR dibandingkan dengan PDB [produk domestik bruto], rasionya. Rasio KPR terhadap PDB di Indonesia itu relatif masih kecil, tertinggal jauh dari negara-negara tetangga kita. Kita rasionya baru sekitar 2,7%, terakhir pada 2012.
Bagaimana perbandingannya dengan negara tetangga?
Negara tetangga kita sendiri yang terdekat itu Thailand sudah mencapai sekitar 25%, Malaysia sekitar 30%, belum lagi dengan negara maju yang lain. Jadi dilihat dari rasio KPR terhadap PDB itu masih sangat kecil. Artinya peluang pembiayaan perumahan menjadi sangat besar.
Ketiga, menurut saya, perbandingan KPR terhadap total kredit perbankan di Indonesia pun masih relatif dibandingkan dengan yang lain. Agak kecil baru sekitar 8%, dari total portofolio kredit, ini juga mencerminkan bahwa masih terbuka luas. Boleh diketahui, masyarakat Indonesia itu 80% menggunakan KPR untuk memiliki rumah.
Siapa saja pemain dalam pembiayaan KPR?
Memang yang bermain di pembiayaan perumahan ini baru perbankan, perusahaan pembiayaan atau multifinance baru sedikit, ini karena [pembiayaan KPR] kan memerlukan dana jangka panjang. Untuk pemain, perbankan juga masih fokus di menengah atas, sedangkan kami didirikan dengan misi, fokusnya pada menengah ke bawah. Ini terutama bagi yang non fixed income, pendapatan tidak tetap, maupun yang tidak bekerja di sektor formal.
Lalu apa saja, tantangan dalam menggaet mitra?
Tantangan untuk sekuritisasi, yang paling utama bank masih kurang berminat atau enggan, menjual tagihan KPR-nya kepada investor dalam bentuk EBA.
Mengapa demikian?
Ini karena sekuritisasi tagihan KPR ini kan keluar dari buku bank, jual putus istilahnya. Dengan jual putus, portofolio KPR bank-nya berkurang. Padahal kita tahu, di Indonesia, perbankan masih sangat mengejar pertumbuhan atas portofolio tagihan KPR. Jadi masih enggan.
Sampai saat ini di kami baru satu bank yang melakukan sekuritisasi KPR yaitu Bank BTN. Karena memang kalau sekuritisasi tagihan KPR ini di Indonesia, selama ini baru kami yang memfasilitasi.
Tantangan dalam penyaluran pinjaman atau pembiayaan kepada penyalur KPR adalah bank itu masih menggunakan dana jangka pendek atau dana pihak ketiga [DPK] atau dana masyarakat sebagai sumber pendanaan untuk pembiayaan ke KPR. Padahal, ini akan menimbulkan yang namanya maturity mismatch atau kesenjangan jatuh tempo, karena KPR kan jangkanya sangat panjang, sedangkan sumbernya pendek yaitu giro, tabungan, deposito, ada yang harian, bulanan. Bisa menimbulkan risiko apabila terjadi krisis.
Apa saja risikonya?
Ada dua risiko yang pasti, yaitu risiko likuiditas. Kemudian ada risiko perubahan tingkat suku bunga. Nah perubahan tingkat suku bunga ini juga karena sifatnya dana jangka pendek, maka kalau diperhatikan bank juga tidak berani menerapkan tingkat suku bunga tetap sampai jatuh tempo terhadap KPR ini.
Tantangannya, intinya di penyaluran pinjaman adalah bank masih menggunakan dana jangka pendek atau DPK untuk membiayai KPR yang jangkanya menurut saya sangat panjang, karena apa? Karena lebih murah.
Sejauh ini, apa saja tantangan dalam penyaluran pinjaman ke multifinance?
Selama ini mereka bermain di jangka pendek juga yaitu pembiayaan otomotif, elektronik dan lain sebagainya, jadi sumber pendanaan mereka selama ini juga jangka pendek, dari perbankan, sehingga memang mereka ahlinya disitu dan perputarannya kan lebih pendek kreditnya, risikonya juga. Baru beberapa yang tertarik ke KPR ini, yang tertarik itu memang datang kepada kami juga untuk sumber pendanaannya, karena mereka tidak berani, mereka tidak punya DPK yang lebih gampang. Perbankan meminjamkan dana jangka panjang tidak memungkinkan, paling 3 tahun, di atas itu bukan bisnisnya juga. Sehingga ke depan, kami penyedia dana jangka panjang ini terus melakukan sosialisasi, pembicaraan, pendekatan, kepada perusahaan pembiayaan untuk bisa menyalurkan KPR. Ini karena selain perbankan kami ingin di pasar ini, player-nya juga berkembang, semakin banyak, itu target kami. Namun, faktanya mereka [multifinance] masih bermain di otomotif.
Jadi, pelanggan SMF adalah institusi ya?
Pelanggan kami adalah institusi. Ini karena kami perusahaan pembiayaan sekunder perumahan, yang langsung menyalurkan KPR kepada masyarakat adalah pembiayaan primer perumahan yaitu perbankan atau multifinance. Kami tidak langsung memberikan KPR, tetapi kami didirikan pemerintah khusus memberikan dana jangka panjang atau menyalurkan dana jangka panjang dari pasar modal yang berbunga tetap kepada sektor perumahan melalui penyalur KPR.
Jadi, klien kami institusi baik dari sisi debitur kami yang meminjam ataupun yang melakukan penjualan aset tagihan KPR-nya. Ada juga klien kami investor, karena dana kami dari pasar modal, kami menerbitkan surat utang atau obligasi itu di pasar modal. Investor yang membeli obligasi kami memang ada yang individu 1-2, tapi umumnya, utamanya adalah investor insitusi yaitu dana pensiun, asuransi, perbankan yang juga membeli obligasi kami dan korporasi perusahaan. Kami tidak langsung menyalurkan KPR tapi kami mencoba membantu melalui program-program Kemenpera yaitu KPR bersubsidi yang langsung ke masyarakat menengah bawah.
Apa visi Anda untuk SMF?
Saya mempunyai visi, ketika saya bergabung di sini, saya bergabung 28 Oktober 2011, baru satu setengah tahun ya. Saya melihat visi misi perseroan, ini kan sangat mulia menurut saya, karena intinya adalah memberikan dana jangka panjang agar keterjangkauan kepemilikan rumah [di masyarakat] dapat tercapai, ini kan mulia khususnya untuk masyarakat bawah. Saya ingin 5 tahun ke depan, yang akan muncul di benak mereka [penyalur KPR] pertama kali apabila memerlukan dana jangka panjang adalah SMF. Ini visi saya.
Nilai-nilai yang Anda terapkan di perusahaan?
Ketika saya masuk sini saya lihat manajemen lama telah menerapkan budaya perusahaan yang baik selama 5 tahun pertama dari 2005. Namun, saya melihat pertumbuhan SMF ini perlu digenjot. Sehingga waktu saya masuk, saya targetkan meningkatkan pertumbuhan bisnis atau usaha kami ini. Itu yang saya lihat yang saya laksanakan, untuk itu apa yang saya lakukan, dan itu perlu dilakukan. Suatu nilai tambah itu adalah saya melakukan change management. Manajemen perubahan, karena saya melihat bahwa SDM di sini masih bisa lebih dimaksimalkan lagi, kemampuannya belum di-push untuk menghasilkan sesuatu yang lebih.
Bagaimana kiat Anda memotivasi karyawan?
Untuk mencapai itu semua, kan saya melihat sumber daya manusia sebagai faktor yang utama juga ya, saya menerapkan dari kepemimpinan saya adalah manajemen partisipatif. Saya mempunyai keyakinan, dengan manajemen partisipatif, dalam bertukar masukan, ide. Saya yakin mereka akan merasa dilibatkan, mereka juga ikut bertanggung jawab.
Sejauh mana ini berhasil?
Saya lihat ini cukup berhasil, selain juga saya selalu berbicara, harus berpikir secara korporasi, tidak ada lagi yang berpikir secara individu. Dengan saya mengajak selalu untuk berpikir secara korporasi, mereka akan timbul kebersamaan, timbul kekompakan dan teamwork, itu yang saya lihat. Dan memang terus terang saya juga selalu push, saya mengejar, saya yakin you masih ada kemampuan saya push sampai the limit, dan itu tercermin dari kinerja kami, dalam 3 tahun terakhir. kalau dibandingkan 2010 atau 2011 atau 2012 tingkatannya grafiknya meningkat dengan data 3 tahun ini pertumbuhan rata-rata di atas 50%. Ini kinerja yang kami capai, dengan saya menerapkan yang tadi.
Seberapa besar dana yang harus disalurkan tahun ini?
Di tahun 2013, kami harus bisa menyalurkan dana Rp3,5 triliun dari pasar modal ke penyalur KPR. Terdiri dari dua kegiatan, sekuritisasi tagihan KPR itu Rp1 triliun, dan penyaluran pinjaman atau pembiayaan kepada perbankan atau multifinance Rp2,5 triliun.
Optimististis mencapai target?
Saya orangnya selalu berpikir optimistis, tapi saya harus melihat situasi, yang saat ini memang penuh tantangan. Di tahun 2013 ini tantangannya kami lihat pertama kali dari sisi penyaluran pinjaman, selain bank masih menggunakan dana pihak ketiga atau dana jangka pendek, tetapi kita lihat untuk bank syariah, mereka juga mendapatkan kelebihan untuk penempatan dana haji, ini kan yang dari bank umum dialokasikan ke bank syariah. Ini tantangan yang lumayan besar bagi saya, karena mereka kelebihan likuiditas. Akibatnya, bank umum pun sebetulnya sampai sekarang masih agak kelebihan likuiditas. Ini tantangan yang kami hadapi.
Apa saja prinsip Anda dalam berkarier?
Ada dua. Satu, saya selalu berpikir pekerjaan adalah amanah, jadi karena saya berprinsip pekerjaan itu amanah, saya selalu bekerja keras dan professional untuk menyelesaikan pekerjaan itu dan memenuhi target-target, itu yang pertama. Yang kedua, saya punya prinsip hidup adalah bahwa segala sesuatunya itu pasti mungkin terjadi, everything is possible, jadi seberat apapun masalah yang dihadapi saya yakin bisa diselesaikan dan selalu ada sisi lain yang bisa dipandang, itu sebenar nya tidak terlalu berat. Itu prinsip hidup saya, menurut saya juga cukup mengantarkan keberhasilan saya selain saya orangnya adalah optimistis, positive thinking, tak kenal menyerah, dan selalu berpikir out of the box.
Keputusan dilematis yang pernah diambil?
Sebagai seorang pemimpin pasti pernah menghadapi suatu situasi di mana kita harus mengambil keputusan, di mana situasinya dilematis, tetapi sebagai seorang pemimpin harus mengambil keputusan, dengan dasar data dan fakta yang ada dan juga harus memahami risikonya, dan kita harus memitigasi risiko. Jadi setelah keputusan di am bil, kalau sudah dengan suatu per tim bangan saya yakin walaupun keputusannya kurang tepat, tetapi pasti bisa dipertangung jawabkan dan diperbaiki.