Sumber daya alam serba terbatas, tetapi kreativitas tak terhingga. Kalimat ini menginspirasi Tato Miraza. Direktur Utama PT Aneka Tambang (Persero) Tbk ini selalu terngiang-ngiang dengan kalimat tersebut. Mengapa? Baru-baru ini, Bisnis mewawancarainya, mulai dari kehidupan pribadi, karier, hingga perjalanan perusahaan yang dipimpinnya. Berikut petikannya :
Pertama, selamat, Anda telah diangkat sebagai direktur utama [dirut] Antam.
Terima kasih. Saya diangkat dalam rapat umum pemegang saham tahunan [RUPST] yang digelar 30 April 2013. Lalu per 1 Mei, saya langsung bekerja sebagai dirut.
Apa visi dan misi yang ingin Anda kembangkan setelah terpilih menjadi orang nomor satu di perusahaan ini? Meneruskan yang sudah dirintis dirut sebelumnya atau ada pemikiran tersendiri?
Bila dilihat, Antam mulai dari 5 tahun yang lalu membangun proyek secara serentak. Ini untuk yang pertama kalinya. Jauh lebih ke belakang tepatnya 1976, Antam untuk pertama kalinya membangun pabrik pengolahan mineral untuk feronikel dengan kapasitas 5.000 ton per tahun. Kemudian pada 1995, kami juga menambah 5.000 ton untuk produk sejenis. Bahkan, pada 2006 lalu kami telah mampu menambah another capacity sebesar 15.000 ton feronikel.
Tak hanya itu, kami juga ingin menambah kapasitas 10.000 ton khusus untuk di Pomalaa, Sulawesi Tenggara, sehingga kapasitas produksi di sana nanti akan menjadi 27.000-30.000 ton per tahun di 2015. Begitu halnya di Halmahera, Maluku Utara, juga akan dibangun dua line sekaligus dengan target produksi 27.000-30.000 ton feronikel per tahun.
Jadi, dalam kurun 3 tahun ke depan Antam akan memiliki kapasitas produksi untuk nikel di dalam feronikel itu sekitar 54.000-60.000 ton per tahun. Itu mengenai nikel.
Bagaimana dengan emas?
Nah, sekarang mengenai lini produksi emas. Antam kan punya warisan dari Belanda di Cikotok, Lebak, Banten. Produksi awalnya 200 kg. Setelah mendapat cadangan emas di tahun 90-an di Pongkor, Bogor, kapasitas jadi meningkat karena di Pongkor sendiri memiliki kapasitas 2,5 ton.
Setelah itu, kami mengembangkan Pongkor II. Dari ekspansi itu, kapasitas produksi Antam semakin meningkat dengan total produksi emas 5 ton. Namun, sempat terjadi decline karena menurunnya kadar emas di daerah tersebut. Kendati demikian, produksinya mencapai 90%. Saat ini produksi emas mencapai kisaran 2,5-3 ton.
Ekspansi lainnya di lini bisnis emas adalah kami mengakuisisi tambang emas di Cibaliung, Banten di tahun 2009. Di mana saat itu orang sudah keluar biaya sekitar US$80 juta plus kerugian kurs US$30 juta, jadi total US$110 juta. Nah, Antam hanya mengakuisisinya senilai US$8 juta.
Kemudian, Antam spend US$40 juta. Dengan demikian, kami berinvestasi US$48 juta di sana, akhirnya di tahun lalu tambang emas Cibaliung telah mampu memberikan keuntungan kepada Antam sekitar US$25 juta. Bahkan, tahun sebelumnya sudah ada keuntungan sekitar US$10 juta kalau tidak salah.
Hanya dalam jangka waktu 2 tahun, tambang emas itu sudah bisa memberikan return kepada perseroan. Walaupun saat ini harga emas akan dirasakan dalam masa-masa sulit, baik Cibaliung maupun Pongkor. Dengan dedikasi dan tanggung jawab yang diberikan seluruh karyawan di sana, kami optimistis perseroan akan mampu melalui tahapan-tahapan yang sulit ini.
Apa budaya korporat yang diterapkan untuk memajukan Antam? Bisa dicontohkan penerapannya?
Ok, jauh lagi ke belakang, saya akan bercerita tentang eks plorasi. Basisnya perusahaan tambang tuh apa sih? Pertama, adalah manusianya atau tenaga kerja. Kedua, baru cadangannya.
Di Antam, kami memiliki filosofi Pionir, yakni profesionalisme, integritas, dan reputasi.
Namun, tiga filosofi itu saja tidak cukup [di Antam], tetapi juga harus bisa harmoni.
Harmoni bukan berarti sungkan satu sama lain. Jika filosofinya itu, maka perusahaan tidak akan maju-maju. Harmoni di sini maksudnya mampu menempatkan diri di lingkungan sekitar. Inilah filosofi harmoni kami. Empat filosofi itu kami kembangkan di 2003, tepatnya saat saya masih di level manager saat itu. Nah, dalam perjalanannya, pasti terjadi perubahan. Pada tahun 2007-2008 terjadi booming mineral di tengah tingginya harga komoditas. Sepanjang sejarah, Antam mencatatkan untung sekitar Rp5 triliun saat itu. Ternyata, empat filosofi itu terasa kurang seiring dengan perseroan yang siap go international.
Lantas, apa value yang ditambahkan?
Untuk itu, filosofi itu berkembang dengan tambahan global mentality. Ini [dimaksudkan] untuk menambang kepercayaan diri karyawan karena perusahaan berada di tataran internasional.
Itu harus mendarahdaging di dalam diri insan Antam. Di samping itu, mereka juga harus memiliki global mentality, sumber daya manusia Antam juga harus excellent dalam melaksanakan tugasnya. Dalam bahasa saya, jika diberi target 100, maka jangan hanya ngasih 100, maka seharusnya ngasih 105 atau 110 lah. Itu baru namanya insan Antam. Intinya, seluruh karyawan Antam harus bekerja beyond expectation atau excellent. Ini adalah visi perusahaan yang sangat melekat di dalam diri kita.
Tahun berapa Anda masuk Antam? Bagaimana kesan pertamanya?
Saya pertama kali kenal perusahaan ini saat kerja praktik di Pomalaa, tahun 1988. Saya sudah punya feeling perusahaan ini akan maju dan tumbuh besar ke depan. Waktu itu, Antam baru memiliki pabrik berkapasitas 5.000 ton. Saat itu, saya melihat orang-orang yang bekerja di sana seolah-olah dengan hati. Tanpa menyuruh bekerja dengan hati, mereka sudah duluan.
Kalau tanya kepada kawan-kawan yang baru masuk, kenapa masih bertahan di Antam? Kan gajinya nggak terlalu besar sama perusahaan sejenis, mereka lalu menjawab tidak terlalu mempermasalahkan itu.
Bagaimana cadangan eksplorasi Antam beberapa tahun ke depan?
Tadi saya sudah sedikit menyinggung tentang cadangan eksplorasi. Bagi perusahaan tambang, yang pokok selain SDM-nya adalah cadangan.
Saat ini, cadangan nikel Antam mencapai 800 juta ton. Untuk bauksit, sekitar 500 juta ton. Untuk memproduksi 1 juta ton aluminium, itu kan memerlukan 2 juta ton alumina. Artinya dengan cadangan yang ada, itu ekuivalen dengan ketika Antam memproduksi aluminium selama 50 tahun dengan kapasitas 1 juta ton.
Nah, untuk cadangan bauksit dan nikel ini kami nilai sudah aman. Itu menjadi modal Antam untuk menjadi world class player. Bagi Antam, yang belum aman adalah emas.
Seberapa besar cadangan emas saat ini?
Saat ini cadangan emas tinggal 10 juta ore dengan usia sekitar 10 tahun. Target saya dalam 5 tahun ke depan ini adalah new discovery gold. Ini untuk mengantisipasi.
Pada intinya, proyek jangka pendek dan jangka panjang bisa segera terealisasi untuk menggenjot produksi perseroan. Selain itu, kami membuka opsi untuk mengakuisisi sejumlah perusahaan, termasuk akuisisi PT Inalum [PT Indonesia Asahan Aluminium]. Kami sedang pelajari betul. Sebenarnya kami sudah siap, tetapi itu kan bergantung pada keputusan dari pemerintah.
Apa lagi yang akan menjadi fokus Anda?
Selain new discovery gold, kami akan fokus mengembangkan bisnis batu bara yang telah kami lakukan sejak 2011. Cadangannya belum banyak, sekitar 15 juta ton. Sangat sedikit jika dibandingkan dengan pemain-pemain di batu bara.
Namun, ini kami mulai sebagai modal untuk mengamankan kebutuhan batu bara perusahaan. Jika pabrik feronikel di Halmahera rampung, proyek chemical grade alumina di Tayan jadi, dan proyek-proyek lain juga rampung, maka kebutuhan batu bara perseroan akan mencapai 2 juta ton per tahun.
Untuk itu, kebutuhan batu bara 2 juta ton itu harus aman. Bila nggak aman, maka produksi akan terganggu.
Adakah target khusus yang ingin Anda capai?
Khusus untuk nikel, kami targetkan Antam menjadi pemain nomor satu di dunia dalam 10-15 tahun ke depan. Sebab, sumber daya alam kita sangat mungkin untuk dikembangkan.
Sementara itu, kami juga menargetkan akan menjadi pemain nomor tiga atau empat di dunia untuk produk alumina/aluminium dalam periode itu juga.
Adapun emas, kami optimistis berada di peringkat ke-9 atau ke-10 dunia. Sekarang memang [peringkat] kami masih kecil. Namun, dengan potensi tambang yang besar, kami optimistis bisa mencapainya.
Target lainnya?
Ada satu pilar lagi yang perusahaan lain tidak punya, yakni inhouse engineering and developer untuk pemerosesan mineral. Ini istilah yang saya ciptakan sendiri. Saat ini, kami mengembangkan proyek-proyek perseroan dengan otak insan-insan Antam. Oleh karena itu, kami sudah memiliki potensi untuk mengembangkan itu.
Apakah pernah mengalami peristiwa penting yang sangat menginspirasi Anda?
Pernah, saat ditugaskan untuk berkunjung ke luar negeri. Saya sangat iri dengan pabrik baja asal Korea Selatan, Pohang Iron and Steel Company. Jepang sebagai negara modern bagi saya itu biasa. Bersih juga biasa karena watak orang Jepang kan sangat melayani.
Namun, Korea Selatan itu menurut saya baru ya. Saat berkunjung ke pabriknya, mereka memiliki satu filosofi yang sampai sekarang sangat saya kenang dan menginspirasi. Resources is limited, but creativity unlimited. Begitulah bunyinya.
Apa sih yang membuat Anda terkesan?
Coba bayangkan, Posco itu merupakan perusahaan yang tidak punya resources, tetapi perusahaan itu sangat besar. Saat ini Posco menjadi penghasil baja terbesar nomor dua terbesar di dunia. Produksinya sekarang mungkin sudah 35 juta ton per tahun. [Padahal] mereka tidak punya apa-apa, namun mereka bisa memanage organisasinya dengan baik. Misalnya, kepastian raw material jangka panjang, mereka sudah mengikat kontrak dengan Amerika Latin. Begitu pula dengan suplai iron ore dari Australia, mereka sudah menyiapkan bahan baku jangka panjangnya. Terus, bagaimana mereka membawa bahan bakunya yang bukan dengan kapal kecil, melainkan kapal besar sehingga biaya transportasi dan distribusi bisa ditekan. Mereka telah berpikir untuk jangka panjang.
Indonesia ini sangat kaya. Andai saja seluruh masyarakatnya kreatif, maka kita bisa mengalahkan industri-industri besar dari berbagai negara. Posco saja yang tidak punya resources, mereka bisa berkembang kan.
Adakah pengalaman yang tak pernah Anda lupakan?
Sejak lulus kuliah saya, diterima di salah satu perusahaan besar. Saat 1990-an itu saya digaji sekitar Rp2,5 juta per bulan. Saat itu, jumlah segitu sudah sangat besar. Semua fasilitas dipenuhi. Mobil ada, kerja di kantor yang enak, bahkan maaf nih dikasih sekretaris. Cantik pula… ha-ha-ha… Akan tetapi, saya berpikir ulang. Kok di umur 20-an hidup saya terasa enak banget ya.. Hidup terasa sangat mudah. Akhirnya tak lama bergabung, saya memutuskan untuk keluar dan sempat bekerja sebagai pegawai tidak tetap di PT Krakatau Steel Tbk dengan gaji sekitar Rp700.000.
Tak lama kemudian, saya disuruh memasukan lamaran ke Antam. Akhirnya saya diterima dengan gaji saat itu Rp300.000. Saat di-interview, saya ditanya ingin ditempatkan dimana? Saya jawab, saya ingin di Pomalaa. Tempat yang sangat terpencil dengan segala keterbatasan.
Akhirnya saya ditempatkan di sana. Meski mengalami penurunan gaji yang drastis dari Rp2,5 juta menjadi Rp300.000, saya menikmatinya. Saya bisa merasakan hidup dengan penuh pengorbanan. Berbeda halnya dengan ketika saya baru diterima bekerja di tempat yang serba mewah.
Untuk mengimbangi rutinitas yang super sibuk setiap harinya, apa saja hobi Anda?
Saya hobi berolahraga, membaca, dan jalan-jalan. Setiap dua kali seminggu saya sempatkan diri untuk bersepeda mengelilingi Jakarta, kadang-kadang ke Monas, Bundaran HI, dan ke sejumlah tempat lainnya. Selain itu, saya juga sering berenang. Lumayan untuk meregangkan otot-otot yang kaku saat bekerja. Ha-ha-ha…