BISNIS.COM,
MANADO :Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berharap pers Indonesia aktif berperan menegakkan kehidupan demokrasi di negeri ini.
Dia mengingatkan pemegang kedaulatan sejati adalah rakyat.
"Rakyat tidak bisa dibeli. Jangan salah baca, jangan salah hitung," katanya saat memberikan sambutan pada Puncak Acara Hari Pers Nasional di Grand Kawanua Convention Center, Manado, Senin siang (11/2).
Presiden menekankan harapannya agar pers juga turut berkontribusi aktif dan konstruktif supaya politik, demokrasi dan pemilihan umum makin berkualitas dan bermartabat.
"Bagi pemilik TV, radio, koran dan majalah, media online termasuk sosial media, berikan ruang yang cukup dan relatif adil bagi semua peserta pemilu," ujarnya.
Pemberian ruang yang adil itu juga termasuk dalam penyampaian visi dan misi para calon presiden yang memberi kesempatan rakyat ikut menguji visi dan misi calon presiden.
"Pers adalah milik rakyat untuk rakyat, bukan hanya milik parpol, calon legislatif dan calon presiden semata," dia menekankan.
Pernyataan itu, secara implisit, ditujukan Yudhoyono untuk mengingatkan para tokoh politik yang memanfaatkan pers untuk mendapatkan popularitasnya.
Belajar dari pengalaman selama ini, Presiden mengingatkan bahwa keinginan, perasaan dan suara hati rakyat tidak selalu tercermin dalam liputan media massa atau ruang seminar dan diskusi publik.
"Perasaan saya itu mungkin berguna untuk para sahabat yang akan memimpin negeri ini," katanya.
Sebelumnya, Presiden mengawali sambutannya dengan mengharapkan agar pandai-pandai menggunakan kekuasaan untuk sebesar-besar kepentingan rakyat.
"Pers adalah pemegang kekuasaan, rawan godaan," katanya.
Mengutip Napoleon Bonaparte, Presiden mengatakan pena lebih tajam dari pedang. Karena itu, katanya, pena wartawan harus ditujukan untuk mematikan kejahatan dan menghidupkan kebaikan.
"Kalau salah menggunakan pedang dan pena akan menimbulkan malapetaka dan ketidakadilan. Setetes darah yang ditusuk pedang dan pena akan menimbulkan lautan ketidakadilan," papar Kepala Negara.
DUA PERAN STRATEGIS
Dalam bagian lain sambutannya, Kepala Negara berharap agar pers menyuarakan dua hal penting. Pertama, kewajiban moral untuk mengritisi dan mengoreksi pemerintah, termasuk lembaga negara dan pejabatnya.
"Silakan pers kritis dan objektif," ujarnya.
Kedua, pers perlu berperan membangun optimisme dan keyakinan bangsa.
"Di tengah kekurangan tidak sedikit pula keberhasilan yang dicapai bangsa ini," ujarnya.
Presiden memberikan contoh, di antara G-20, Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi terbaik kedua setelah Tiongkok. "Indonesia juga dipuji dalam transisi demokrasi," jelasnya.
Presiden Yudhoyono menghadiri Puncak Acara HPN 2013 didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono, Gubernur Sulawesi Utara Sarundajang, Menkoinfo Tifatul Sembiring dan sejumlah pejabat lainnya.
Acara puncak HPN 2013 itu dihadiri lebih dari 1.200 undangan yang terdiri dari para tokoh media, pemilik media, pemimpin media, asosiasi profesi media, dan lembaga yang berkaitan dengan media termasuk Dewan Pers.
Hadir pula antara lain Ketua Dewan Pers Bagir Manan, Menneg BUMN Dahlan Iskan, Menpora Roy Suryo, Menhut Zulkifli Hassan, Kapolri Jenderal Timur Pradopo, Jaksa Agung Basrief Arif, Ketua Komite Ekonomi Nasional Chairul Tanjung, dan pejabat lainnya. (bas)(Foto:kotamanado.net)