REVIEW TELEKOMUNIKASI: Pasar jenuh, industri stagnan

Lingga Sukatma Wiangga
Kamis, 9 Februari 2012 | 14:05 WIB
Bagikan

Lembaga pemeringkat Fitch Ratings (Fitch) pada pertengahan Januari lalu mengeluarkan laporan mengenai industri telekomunikasi Indonesia.Menurut lembaga tersebut, rating industri telekomunikasi Indonesia diprediksi stabil pada tahun ini  oleh kompetisi lima operator besar   yang memegang 90% pangsa pasar di tanah air.Kelima operator itu adalah Telkom dan anak usahanya Telkomsel, Indosat, XL, dan Bakrie Telecom.Sedangkan di Asia Tenggara Fitch memberikan outlook stabil karena credit metrics operator di kawasan ini stabil. Operator di kawasan Asia Tenggara akan menghadapi tekanan di belanja modal dan margin karena persaingan yang ketat dan perluasan jaringan.Pertumbuhan investasi secara umum akan menstabilkan atau meningkatkan credit metric operator di kawasan.Saat ini, di Indonesia, penetrasi Sim Card di kisaran 80% masih menyediakan prospek moderat untuk pertumbuhan penetrasi pelanggan.Persaingan kelima operator tersebut di Indonesia  akan membawa industri telekomunikasi Indonesia pada tren penurunan rata-rata pendapatan per pengguna (ARPU) dan margin setiap operator. Berdasarkan catatan Bisnis, tren penurunan ARPU suara dan SMS dimulai sejak 2008, sedangkan ARPU layanan data sejak 2010.Margin EBITDA lima operator tersebut masih tinggi karena biaya operasional rendah dari hasil penjualan aset dan cenderung turun.Operator berupaya mereduksi biaya operasional dengan melakukan sharing tower atau managed services. Diperkirakan penyewaan menara akan menjadi salah satu kontributor pendapatan penting, disamping menekan biaya operasional melalui managed services.Operator telekomunikasi di Indonesia juga diprediksi berupaya menurunkan pinjaman dan berusaha memperbesar arus kas. Hal tersebut mendorong pertumbuhan arus kas yang bisa digunakan untuk membiayai pembangunan jaringan dan pengembangan teknologi.Persaingan ketat antaroperator dalam memperebutkan pasar yang sudah mulai jenuh menjadikan harapan investor tidak terlalu tinggi terhadap peningkatan kinerja harga saham operator.Sebelumnya, para pelaku di industri seluler sudah memberikan sinyal bahwa tahun ini salah satu masa  yang paling sulit karena pertumbuhan hanya di kisaran 8%-9%.Pasalnya, layanan data belum bisa menjadi pemasok pendapatan secara signifikan menggantikan jasa suara dan SMS. Sementara layanan value Added Services (VAS) belum bangkit  setelah adanya unreg massal pada Oktober tahun lalu.Sinyal menurunnya kinerja para operator bisa dilihat dari  XL, operator yang termasuk paling tinggi pertumbuhannya tahun lalu.XL walau  berhasil meraih  omzet sebesar Rp 18,92 triliun  pada 2011  atau naik   7% dibandingkan dengan 2010 sebesar Rp 17,6 triliun, mengalami penurunan laba bersih menjadi  Rp  2,8 triliun  untuk periode 12 bulan yang berakhir di bulan Desember 2011 atau turun 3,4% dibandingkan dengan periode sama tahun 2010 sebesar Rp2,9 triliun.Telkom pun diyakini kinerjanya pada 2011 akan  tertekan karena anak usaha yang menjadi andalan, Telkomsel,  tak mampu mencapai target pertumbuhan omzet. Hal yang sama diprediksi berlaku juga untuk Indosat di bottom line karena proses penjualan menara terlalu lama. Sementara Bakrie Telecom hingga 9 bulan 2011 mengalami rugi  Rp 498.5 miliar.(api)

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper