Bisnis.com, JAKARTA — Para ilmuwan mendeteksi penggabungan dua lubang hitam (blackhole) raksasa yang membentuk lubang hitam baru dengan ukuran sekitar 225 kali massa matahari. Ini merupakan penemuan lubang hitam terbesar sepanjang sejarah.
Peristiwa luar biasa ini terjadi di bagian luar galaksi Bima Sakti dan mengalahkan rekor sebelumnya, yaitu lubang hitam gabungan dengan massa 142 kali matahari. Penemuan ini dilakukan oleh tim LIGO-Virgo-KAGRA (LVK) menggunakan alat pendeteksi gelombang gravitasi.
Gelombang gravitasi merupakan riak kecil di ruang dan waktu yang muncul akibat kejadian kosmis besar, seperti tabrakan lubang hitam. Teorinya sudah diprediksi oleh Albert Einstein sejak 100 tahun lalu, tapi baru dibuktikan pada tahun 2015 oleh LIGO. Para penelitinya kemudian menerima Hadiah Nobel Fisika pada 2017.
Menariknya, ukuran masing-masing lubang hitam sebelum bertabrakan yaitu sekitar 100 dan 140 kali massa Matahari. Ukuran itu masuk dalam 'celah massa', yaitu rentang massa yang menurut teori seharusnya tidak bisa membentuk lubang hitam secara langsung dari ledakan bintang.
“Secara teori, bintang yang sangat besar akan meledak dalam supernova dan tidak akan membentuk lubang hitam karena sebagian besar massanya justru terlontar keluar,” kata Mark Hannam, Profesor Fisika dari Universitas Cardiff, yang juga anggota kolaborasi LVK, dikutip dari Live Science, Selasa (15/7/2025).
"Kami menduga lubang hitam tidak terbentuk dalam rentang 60–130 massa matahari, tapi pengamatan ini membuktikan sebaliknya," lanjut Hannam.
Dalam dunia astronomi, lubang hitam biasanya dibagi menjadi dua jenis, yaitu lubang hitam kecil yang terbentuk dari bintang mati (bermassa puluhan kali matahari), dan lubang hitam supermasif yang bisa miliaran kali lebih besar dari matahari. Lubang hitam hasil temuan ini berada di antara dua kategori tersebut, yang disebut lubang hitam bermassa menengah.
Lubang hitam jenis ini sangat langka dan selama ini sulit dipastikan keberadaannya. Para ilmuwan menduga lubang hitam menengah terbentuk dari penggabungan beberapa lubang hitam kecil.
Sinyal dari penggabungan dua lubang hitam ini pertama kali tertangkap pada 23 November 2023 oleh detektor LIGO di Louisiana dan Washington. Alat ini mendeteksi gelombang gravitasi lewat perubahan kecil pada sinar laser yang menyebar dalam tabung sepanjang 4 kilometer
Data menunjukkan bahwa kedua lubang hitam berputar sangat cepat sebelum akhirnya bertabrakan. Kecepatan putaran itu membuat perhitungan massa menjadi lebih rumit karena rumus relativitas Einstein tidak bekerja seakurat biasanya dalam kondisi ekstrem.
“Lubang hitam tersebut tampaknya berputar sangat cepat, dan model kami yang berbeda memberikan hasil yang berbeda pula. Artinya, meskipun kami yakin lubang hitam tersebut sangat masif, kami tidak mengukur massanya secara akurat," katanya.
Agar pengukuran bisa lebih tepat, para peneliti membutuhkan model perhitungan yang lebih baik serta lebih banyak pengamatan atas kejadian serupa.
Sejak 2015, detektor gelombang gravitasi LIGO, Virgo, dan KAGRA telah mendeteksi lebih dari 300 penggabungan lubang hitam. Namun, penemuan semacam ini bisa terhambat karena adanya ancaman pemotongan dana operasional LIGO di AS, yang bisa membuat satu detektor berhenti beroperasi dan menurunkan peluang penemuan penting lainnya.