China Telecom di Belakang XLSmart, CEO Smartfren: Rumor Belum Tentu Tidak Benar

Leo Dwi Jatmiko
Jumat, 17 Januari 2025 | 15:36 WIB
Logo Smartfren di salah satu gedung di kawasan Jakarta/Smartfren
Logo Smartfren di salah satu gedung di kawasan Jakarta/Smartfren
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) tidak membantah maupun membenarkan mengenai rumor yang menyebut keterlibatan lebih dalam perusahaan telekomunikasi asal China, China Telecom, terhadap perusahaan hasil merger atau PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk.

CEO Smartfren Andrijanto Muljono mengatakan China Telecom merupakan salah satu contoh perusahaan yang akan menjadi rujukan XL Smart nantinya. Beberapa solusi yang dimiliki perusahaan telekomunikasi tersebut dapat diadopsi di Tanah Air. 

Andrijanto juga tak menampik mengenai rumor yang beredar bahwa China Telecom akan masuk ke Indonesia melalui perusahaan merger XL Smart. 

“Rumor itu belum tentu tidak benar,” kata Andrijanto kepada Bisnis, Jumat (17/1/2025). 

Diketahui China Telecom merupakan salah satu operator telekomunikasi terbesar di China. Pada kuartal III/2024, perusahaan tersebut membukukan pendapatan 126,7 juta RMB, dengan EBITDA 34,2 juta RMB.

Andrijanto mengatakan Sinarmas, Smartfren dan China Telecom saat ini telah menjalankan kerja sama dengan membentuk perusahaan gabungan bernama ASICS. Perusahaan tersebut menawarkan solusi kecerdasan buatan (AI) untuk berbagai sektor, termasuk pemerintahan dan smart city. 

Smartfren dan China Telecom membentuk galeri di Smartfren Technology, Jakarta Pusat, yang memperlihatkan solusi-solusi kecerdasan buatan milik China Telecom dan Smartfren. 

“Jadi modul-modulnya mereka yang sudah ada, smart city, digital twin city, itu sudah ada semua tinggal kita Indonesiakanlah (dibawa ke Indonesia) ceritanya. Ini sudah 6 bulan, sudah berproses dan bentar lagi launching,” kata Adrijanto. 

Dia mengatakan China Telecom merupakan salah satu perusahaan yang menjadi rujukan XL Smartfren nanti. Terdapat beberapa solusi yang dapat diadopsi dan menjadi mesin pertumbuhan baru bagi XLSmart, yang bisa diambil dari perusahaan tersebut. 

Sebagai contoh, pengembangan solusi smart city China Telecom telah mengubah sungan di China menjadi lebih bersih. 

“Mereka pasang CCTV itu sepanjang sungai, dan katakan ada yang buang sampah, itu face recognition CCTVnya itu langsung capture, capture langsung nanti dari smartphone itu dapet warning,” kata Andrijanto. 

Andrijanto menuturkan peringatan diberikan sebanyak dua kali. Jika pelanggar tidak berubah, maka dikenakan denda berupa pemblokiran face detection, yang membuat pelanggar tidak dapat masuk ke beberapa tempat seperti pergedungan. 

Akses akan kembali dibuka jika pelanggar membayar denda atas pelanggaran yang dilakukannya. 

“Di sana setiap masuk gedung tuh harus ada face detection kan, nah kalau dia tidak bayar denda, tidak bisa masuk tuh, mungkin bertransaksi di supermarket juga face detectionnya tidak bisa dipakai,” kata Andrijanto. 

Dia meyakini solusi yang diterapkan China Telecom dapat ditiru dan menjadi angin segar bagi pertumbuhan baru bisnis operator seluler yang cukup menantang. 

Solusi tersebut bakal diadopsi oleh perusahaan hasil merger, yang kemudian diharapkan memberi pemasukan yang signifikan dari segmen business to business ataupun business to government. 

“Saya membayangkan tidak usah sampai yang rumit-rumit, kita bikin ini aja, tilang, tilang kita itu kan udah elektronik, tapi sayangnya tidak ada AI-nya Pak, jadi yang ditilang tidak tahu kalau dia ditilang, sampai nanti ngurus SIM keluar, kaget ya,” kata Andrijanto. 

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper