Trafik Data Diramal Naik 100% pada 2026, Bujet IT Membengkak

Rika Anggraeni
Selasa, 30 Juli 2024 | 17:09 WIB
Cloud computing dan internet of things/ilustrasi
Cloud computing dan internet of things/ilustrasi
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Lalu lintas (trafik) data global diperkirakan meningkat dua kali lipat pada 2026, yang berdampak pada melesatnya anggaran (budget) perusahaan.

Compute Leader Hewlett Packard Enterprise (HPE) Bayu Susiloadhy mengatakan lonjakan data hingga lebih dari 100% itu diestimasi berdasarkan laporan International Data Corporation (IDC) IDC sejak 2022–2026.

Dampak dari peningkatan tersebut adalah peningkatan anggaran belanja perusahaan. 

“Dari 100% data growth, 2 kali lipat ini, semua perusahaan yang menggunakan IT juga akan menghadapi kendala, yaitu space, budget juga pasti lebih besar. Kemudian power dan tooling, dan juga expertise [keahlian],” kata Bayu dalam acara Financial Forum 2024 bertajuk Empowering The Future of Banking With AI di Jakarta, Selasa (30/7/2024).

Seiring dengan prediksi lonjakan data, Bayu menuturkan bahwa HPE berkomitmen untuk menjadi perusahaan karbon nol bersih pada 2040. 

Dia menjelaskan bahwa HPE bukan hanya sekadar ingin memberikan apa yang teknologi butuhkan, melainkan juga industri butuhkan dalam teknologi.

“HPE berusaha untuk bisa mencapai net zero, tetapi prosesnya kita mulai menurunkan 70% carbon footprint,” jelasnya.

Bayu menambahkan HPE juga akan mereduksi penggunaan produk-produk yang dijual, transportasi dan distribusi hulu, dan operasi pemasok langsung pada 2030. Selanjutnya, perusahaan juga berkomitmen mengurangi seluruh jejak global pada 2040 sebanyak 90%.

Di sisi lain, HPE turut menyoroti tingkat performance yang sangat tinggi memiliki tantangan tersendiri. Sebab, lanjut Bayu, performance pasti memiliki power yang makin besar, begitu pun dengan kebutuhan ruang.

Bayu menyebut saat ini prosesor mengalami cooling dilemma. Perlu diketahui, prosesor memiliki thermal design point (TDP), yakni titik di mana prosesor mampu menahan panas.

“Thermal design point dari prosesor itu sekarang sekitar 90–95 derajat celcius. Karena itu makin tinggi, jadi CPU itu sekarang makin tahan panas,” tuturnya.

 Sebelumnya, ungkap dia, CPU di angka 50 derajat celcius sudah mulai lambat dan bisa rusak. Namun, kini CPU masih bisa berjalan. “Tetapi yang saya bilang dilemma tadi, temperatur surface-nya prosesor itu sekarang harus makin rendah, karena desain prosesor sekarang akan ditumpuk-tumpuk jadi 3D,” terangnya.

Sementara itu, Time Institute pada 2021–2022 melakukan survei terhadap pelaku industri IT terkait air cooling cukup untuk mendinginkan data center masa depan. Namun, nyatanya, tren tersebut makin sedikit.

“Ini juga kelihatan juga dari sekarang bagaimana air cooling itu sudah tidak bisa mampu lagi untuk meng-handle panas dan power yang dibutuhkan oleh teknologi sekarang. Nah, ini berdampak pada semua industri,” tandasnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rika Anggraeni
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper