Pemerataan Akses Internet Jadi Fokus Para Pengganti Jokowi

Leo Dwi Jatmiko
Minggu, 24 Desember 2023 | 10:25 WIB
Anak-anak Suku Boti mengakses smartphone di depan Ume Kbubu atau rumah bulat di Desa Boti, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu (26/11/2023). JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Anak-anak Suku Boti mengakses smartphone di depan Ume Kbubu atau rumah bulat di Desa Boti, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu (26/11/2023). JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Calon wakil presiden (Cawapres) dari masing-masing pasangan menaruh perhatian pada akses internet yang merata, berkualitas dan murah. Ada keinginan untuk melanjutkan infrastruktur digital yang telah dijalankan pada era Joko Widodo (Jokowi). 

Cawapres paslon nomor urut tiga, Mahfud MD mengatakan Ganjar-Mahfud memiliki 21 program yang akan dijalankan jika terpilih nanti. Salah satunya adalah menghadirkan internet cepat, internet gratis, dan internet yang merata. 

“Internet super cepat, gratis dan merata,” kata Mahfud dikutip, Minggu (24/12/2023). 

Sekadar informasi, jumlah penduduk Indonesia pada 2023 mencapai 276 juta jiwa. Diperkirakan sekitar 216 juta orang atau sekitar 78,2% menggunakan internet, sedikit meningkat dari 2022 sekitar 77%. 

Namun, distribusi Penetrasi Internet tidaklah seragam. Penetrasi di wilayah Timur masih perlu ditingkatkan. Kontribusi dari daerah pedesaan juga jauh lebih rendah, yang menunjukkan rendahnya penggunaan dan engagement internet di daerah pedesaan dibandingkan dengan daerah perkotaan 

Data tabel kontribusi internet rural vs kota
Data tabel kontribusi internet rural vs kota


Sementara itu, Cawapres no.urut 1 Muhaimin Iskandar mengatakan internet merata menjadi kebutuhan. Jika tidak dikorupsi, menurutnya, Indonesia sudah merasakan akses internet yang merata. 

Lelaki yang akrab disapa Cak Imin itu juga menaruh perhatian pada perbaikan pemerataan akses internet. 

“Kita akan rombak kecepatan internet kita minimal 100 Mbps untuk merata di seluruh Indonesia di 100 persen desa-desa,” kata Cak Imin. 

Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional Prabowo Gibran Budiman Sudjatmiko mengatakan bahwa Prabowo-Gibran berkomitmen untuk melanjutkan pembangunan infrastruktur digital di Indonesia.

"Komitmennya, tidak ada desa yang tidak terakses internet atau sinyal internetnya dan telekomunikasinya lemah," ujar Budiman. 

Sebelumnya, warga di Papua Pegunungan mengeluhkan kondisi internet yang lemot. Mereka hanya mendapat internet melalui akses satelit dengan kecepatan yang terbatas. 

Dampak rendahnya kecepatan internet di sana adalah terganggunya kegiatan pemerintahan mulai dari pelaporan, pendataan hingga proses belajar mengajar. 

Perencanaan Ahli Utama Bappenas Hilmawan Hariyoga mengatakan untuk mengatasi masalah konektivitas di Papua Pegunungan, Bappenas akan melakukan koordinasi antar instansi dan dinas, dan untuk tingkat lokal mengenai tata kelola. 

Bappenas akan terus berupaya untuk mendorong visi Papua Sehat, cerdas dan produktif. Salah satunya melalui jaringan konetivitas internet satelit Satria-1, yang akan menyuntikan internet ke 37.000 titik di seluruh Indonesia.

Masing-masing titik akan mendapatkan kecepatan internet sebesar 4 Mbps - 20 Mbps. 

“Dengan adanya satelit yang Satria ini pasti akan ada penyesuaian seperti masalah bandwidth, kecepatan dan lain-lain. Tetapi dari kami Bappenas ukurannya adalah apapun yang diperlukan untuk mendukung visi sehat, cerdas dan dengan indikator-indikatornya harusnya dipenuhi, terus ada syarat perlu, itu harus menyesuaikan,” kata Himawan. 

Satelit Bumi Satria-1
Satelit Bumi Satria-1


Selain itu, pemerintah juga tengah mempersiapkan Satelit Satria-2 yang diharapkan dapat memperluas pemertaan akses internet di daerah 3T. Diperkirakan ada puluhan ribu titik baru yang dapat dijangkau oleh Satria-2. 

Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) menyampaikan sebanyak empat negara tertarik untuk terlibat dalam pembuatan Satelit Satria-2. Mereka bersedia untuk memberikan pinjaman agar satelit 300 Gbps itu dapat mengorbit. 

Kepala Divisi Infrastruktur Satelit Satria Bakti Kominfo Sri Sanggrama Aradea mengatakan pengadaan Satelit Satria-2 akan mengandalkan pinjaman dari negara asing. Rencananya satelit tersebut membutuhkan dana sebesa Rp13,7 triliun atau US$884 juta, termasuk biaya stasiun bumi. 

“Negara-negara asing pemilik teknologi yang berminat ada China, Amerika Serikat, Inggris,dan Perancis. Jadi nanti satelinya dibangun di sana dengan teknologi mereka,” kata Aradea kepada Bisnis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper