Facebook Sarang Penyebaran Hoaks Politik, X.com Urutan Selanjutnya

Crysania Suhartanto
Kamis, 30 November 2023 | 14:20 WIB
Contoh hoaks Bank Indonesia terkait Kabar Uang Redenominasi/@bank_indonesia
Contoh hoaks Bank Indonesia terkait Kabar Uang Redenominasi/@bank_indonesia
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Facebook menempati posisi teratas sebagai media sosial dengan hoaks politik terbanyak di Indonesia, yakni sebanyak 32 hoaks pada periode menjelang kampanye.

Menurut laporan dari Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) yang diadakan 1-15 November 2023, hal ini dikarenakan Facebook memiliki fitur agar pengguna dengan minat yang sama untuk berkelompok. Alhasil, fasilitas ini memungkinkan informasi yang salah dapat cepat menyebar.

“Orang cenderung mempercayai informasi yang dibagikan teman dan keluarga. Di Facebook, di mana hubungan sosial adalah hal yang terpenting, kepercayaan ini dapat menyebabkan penerimaan dan penyebaran informasi dengan tidak kritis,” tulis Mafindo, dikutip Kamis (30/11/2023).  

Lebih lanjut, Twitter menempati posisi kedua sebagai media sosial dengan hoaks terbanyak dengan 15 hoax, kemudian disusul TikTok sebanyak 9 hoaks, serta Youtube dan Instagram dengan masing-masing 4 hoaks.

Adapun sasaran hoaks ini didominasi oleh pemerintah dari negara luar, dengan persentase sebesar 22,4%. Kemudian baru disusul pemerintah Indonesia dengan 16,4%. 

“Pemerintah dan entitas negara sering menjadi sasaran karena pengaruh mereka yang besar dan kemampuan mereka untuk menjadi simbol legitimasi atau delegitimasi untuk suatu isu atau pihak,” tulis Mafindo.

Kemudian, laporan yang sama menemukan 96% hoaks memiliki elemen gambar dan video. Menurut Mafindo, gambar dan video sering dianggap sebagai bukti yang lebih konkret dibandingkan teks. 

Diketahui, ada sekitar 40 hoaks pada periode tersebut yang berbasis teks dan video, sementara ada 15 hoaks lainnya yang berbasis teks dan foto. 

Hal ini dikarenakan gambar dan video memang lebih mudah dipahami dan diakses, karena terlepas dari tingkat literasi ataupun kemampuan analisa seseorang. Kemudian, dengan ditambahkan teks, hoaks menjadi lebih menarik dan meyakinkan.

Oleh karena itu, Mafindo mengajak masyarakat untuk lebih kritis saat membaca sebuah informasi secara daring. Mafindo meminta masyarakat untuk lebih mengutamakan bukti visual sebelum informasi benar-benar disebar.

“Dengan semakin meningkatnya hoaks yang berbentuk visual, fokus pada bukti visual menjadi penting untuk memberikan klarifikasi yang cepat dan efektif,” seperti yang tertulis di laporan tersebut.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper