Bisnis.com, JAKARTA - New Energy Nexus Indonesia baru-baru ini merilis hasil riset yang melaporkan jumlah startup teknologi energi bersih atau cleantech di Indonesia makin meredup karena hambatan pendanaan dan iklim regulasi dalam negeri yang dinilai kurang mendukung.
Sementara untuk dapat mencapai target emisi nol bersih yang telah dicanangkan, perlu lebih banyak mengembangkan cleantech startup.
International Energy Agency (IEA) dalam laporannya yang dirilis pada 2021 mengungkapkan bahwa negara-negara berkembang perlu meningkatkan investasi energi bersih tahunan hingga lebih dari tujuh kali lipat pada tahun 2030, jika ingin mencapai emisi nol bersih global pada 2050.
Laporan The Independent High-Level Expert Group on Climate Finance pada 2022 memproyeksikan bahwa investasi infrastruktur berkelanjutan perlu ditingkatkan hingga dua kali lipat per tahunnya pada tahun 2030 dengan besaran USD 1,2-1,7 Triliun.
Tantangan yang dihadapi cleantech startup di Indonesia ini umum dialami di hampir seluruh dunia terutama di negara-negara berkembang.
Faktor minimnya pendanaan akibat kurangnya minat investor dan regulasi / kebijakan yang belum memadai, ditambah dengan masih minimnya SDM yang mumpuni di bidang EBT menjadi faktor fundamental dan saling terkait.
Para impact investor perlu memiliki pemahaman penuh untuk melihat keuntungan investasi dari sudut pandang triple bottom line, di mana kesuksesan tidak hanya diukur dari segi profitabilitas, tetapi juga seimbang dari segi dampaknya terhadap lingkungan dan manusia.
Sebagai contoh, Schneider Electric Energy Access (SEEA) dan Schneier Electric Energy Access Asia (SEEAA) yang didirikan pada 2009 dan 2019 lalu merupakan model impact investing yang berpedoman pada sirkularitas dan ekonomi inklusif.
SEEA menyatukan berbagai pemangku kepentingan dengan mengajak karyawan dan para mitra bisnis Schneider Electric untuk berinvestasi dan berkomitmen pada pengembangan akses energi bersih yang inovatif dan solusi efiensi energi yang membantu mengurangi kesenjangan energi di dunia.
Indonesia sebagai negara dengan berbagai alternatif dan potensi sumber daya hingga mencapai 3.686 GW memiliki prospek pengembangan EBT yang sangat besar.
Cleantech startup Indonesia memiliki peranan yang sangat penting dan membutuhkan dukungan dan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan baik pemerintah, impact investor, asosiasi dan think tank, rantai pasok hingga konsumen akhir agar ekosistem cleantech startup di Indonesia dapat bangkit dan semakin kuat.