Bisnis.com, JAKARTA - Layanan Fixed Mobile Convergence (FMC) dinilai merupakan bisnis masa sektor telekomunikasi sekaligus menjawab kebutuhan pengguna yang makin beragam.
FMC merupakan layanan internet WiFi (fixed broadband) dan internet seluler (mobile) yang digabung menjadi satu. Kehadiran layanan ini memudahkan konsumen untuk senantiasa dapat terhubung dengan internet.
Salah satu pemain yang sedang fokus mengembangkan teknologi FMC ini ialah PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) yang sejak 1 Juli 2023 resmi mengelola IndiHome.
IndiHome sendiri merupakan pemimpin pasar untuk internet rumah, sementara Telkomsel menjadi operator seluler dengan pengguna paling banyak di Tanah Air.
Integrasi IndiHome ke Telkomsel membuat segmen FMC makin menarik tidak hanya dari sisi pelaku industri tapi juga konsumen. Secara global FMC telah dilakukan banyak operator telekomunikasi dunia dan terbukti berhasil.
Pada konsumen tentu tidak terlalu berdampak karena layanan IndiHome tetap berjalan seperti biasa. Perubahan terjadi pada sisi kualitas layanan yang diklaim bakal lebih baik.
Direktur Utama Telkomsel Hendri Mulya Syam mengatakan integrasi IndiHome ke Telkomsel menjadi milestone penting bagi Telkomsel sebagai bagian dari TekomGroup Melalui inisiatif FMC, Telkomsel bakal memberikan layanan yang lengkap dengan akses pemerataan broadband untuk mendukung pengalaman konektivitas digital yang berkualitas.
Integrasi IndiHome ke Telkomsel mencakup pengelolaan bisnis dan pelanggan untuk beberapa layanan seperti internet (fixed broadband), telepon rumah (fixed line), Internet Protocol Television (IPTV), ragam bundling layanan digital consumer lainnya.
Terkait integrasi tersebut, Telkomsel berkomitmen untuk menjamin tidak ada penurunan kualitas terhadap layanan broadband IndiHome pada masa transisi.
Untuk biaya layanan kepada pelanggan maupun paket berlangganan yang dinikmati konsumen saat ini tidak akan terdapat perubahan sesuai ketentuan pada kontrak yang berlaku
“Telkomsel meyakini, langkah inisiatif FMC ini akan memperkuat posisi Telkomsel sebagai perusahaan telekomunikasi digital terdepan di Indonesia, yang secara konsisten akan menghadirkan inovasi konvergensi produk dan layanan, dengan mengakselerasi kesetaraan pengalaman masyarakat dalam pemanfaatan layanan gaya hidup digital yang lebih inklusif dan berkelanjutan,” katanya Hendri.
Kualitas Layanan Jadi Penentu
Ketua Pusat Studi Kebijakan Industri dan Regulasi Telekomunikasi Indonesia ITB Ian Yosef M. Edward mengatakan bahwa FMC merupakan produk yang menyasar pelanggan ritel atau business to customer (B2C).
Menurutnya, perusahaan yang dapat menawarkan kualitas layanan terbaik akan mampu menarik pelanggan operator seluler lain untuk pindah atau meningkatkan loyalitas pelanggan eksisting.
“Jika dilihat sebaran Telkomsel yang lebih besar di Indonesia, akan membuat Telkomsel berpotensi mengusik pemain FMC lainnya,” kata Ian, Rabu (28/6/2023).
Ketua Umum APJII Muhammad Arif mengatakan kenyamanan dalam manajemen dan pembayaran layanan, menjadi salah satu pertimbangan masyarakat tertarik untuk menggunakan produk FMC.
Pelanggan tidak perlu lagi membayar tagihan secara terpisah antara fixed broadband atau internet rumah dengan seluler atau internet bergerak yang digunakan di ponsel.
“Faktor lain yang membuat orang tertarik adalah penawaran bundling atau diskon yang menarik dari provider, serta kepercayaan dan kualitas layanan yang ditawarkan oleh provider tersebut,” kata Arif kepada Bisnis, Jumat (30/6/2023).
Data APJII mengungkapkan pada 2023, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 2015 juta. Dari jumlah tersebut Sebanyak 47,47 persen mengaku menggunakan internet milik provider dengan alasan sinyal kuat, dan 26,82 persen memilih provider karena harga paket dan promo yang menarik.
Arif melanjutkan alasan masyarakat Indonesia kurang tertarik menggunakan FMC kemungkinan karena pertimbangan kualitas layanan yang tidak konsisten di antara layanan tetap dan bergerak.
“Selain itu juga karena keinginan untuk memiliki fleksibilitas dalam memilih provider untuk setiap layanan, dan persepsi bahwa mereka tidak mendapatkan nilai yang cukup dari paket bundling yang ditawarkan oleh provider,” katanya.
Pendiri IndoTelko Forum Doni Ismanto Darwin mengatakan, konvergensi layanan fixed dan mobile di Indonesia tidak bisa dihindari karena teknologi sudah mendukung dan ada kebutuhan di sisi pengguna.
Menurutnya, dari sisi teknologi operator terlihat serius menggarap FMC dengan menggeber 5G dan fiberisasi jaringan. Belum lagi sejumlah aksi korporasi dilakukan yang mengarah pada konsolidasi layanan.
Operator telekomunikasi, terangnya, bisa memaksimalkan FMC menjadi mesin pertumbuhan keuangan terbaru bagi operator telekomunikasi di tengah tekanan terus menurunnya average revenue per user (ARPU)
“FMC harus dijadikan sebagai era baru layanan broadband di Indonesia dimana dari sisi kecepatan pelanggan merasakan true broadband, dari sisi harga terjangkau, dan pelayanan purna jual membuat nyaman pelanggan,” katanya.
Analis BRI Danareksa Niko Margaronis mengatakan, potensi bisnis yang menggiurkan dari FMC. Dia menyoroti adanya peluang pendapatan baru operator dengan teknologi tersebut, karena ada estimasi tambahan Rp 200.000 untuk ARPU.
Pada layanan mobile, ARPU antara Rp40.000 - Rp45.000. FMC menurut Niko dapat mendorong operator fokus memberikan layanan yang lebih baik ke pelanggan sehingga ARPU pun bisa lebih sehat.
"Itu very big plus, biaya bisa naik untuk ningkatin ARPU, tapi tetap bisa drive more revenues operator yang sekarang," lanjutnya.