Pakar Ungkap Alasan Gempa Tidak Bisa Diprediksi

Arlina Laras
Jumat, 17 Februari 2023 | 17:25 WIB
Grafik hasil pencatatan seismometer/seismograf, alat pencatat besaran gempa bumi./Reuters
Grafik hasil pencatatan seismometer/seismograf, alat pencatat besaran gempa bumi./Reuters
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pascagempa berkekuatan 7,8 yang melanda Turki dan Suriah pada 6 Februari 2023 lalu, membuat sejumlah masyarakat resah, lantaran muncul sejumlah prediksi yang menyebut adanya gempa susulan di sejumlah negara tetangga.

Sayangnya, sejumlah peneliti membantah prediksi tersebut. Pasalnya, terlepas dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, hampir tidak mungkin untuk mengetahui dengan tepat kapan dan di mana gempa bumi akan terjadi.

Ahli geologi gempa bumi yang bekerja sebagai ahli strategi komunikasi di Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA di Maryland Wendy Bohon menyampaikan alasannya. Salah satunya karena sistem bumi sangatlah rumit.

“Sifat alami gempa bumi membuatnya menjadi peristiwa yang tidak dapat diprediksi,” ungkapnya dilansir dari NBC News, Jumat (17/2/2023). 

Gempa Tidak Bisa Diprediksi

Profesor Geologi di University of Michigan Ben van der Pluijm juga menyebutkan gempa bumi datang tanpa peringatan. 

Meskipun para ilmuwan telah menyelidiki sejumlah potensi, mulai dari pergeseran suara di bawah permukaan hingga potensi peningkatan aktivitas seismik suatu wilayah hingga perubahan perilaku hewan. Tapi, sejauh ini mereka tidak dapat menunjukkan dengan tepat sinyal konsisten bahwa guncangan gempa akan segera terjadi. 

 “Gempa bumi tidak seperti kereta yang bergerak lambat yang akhirnya menambah kecepatan. Ini adalah kejadian yang tiba-tiba dan kejadiannya sangat cepat. Kurangnya pola yang jelas mempersulit pembuatan prakiraan yang andal seperti laporan cuaca.” katanya. 

Meski, penyebab gempa telah diketahui secara pasti, namun skala waktu geologi alias ukuran waktu dalam ilmu kebumian yang satuannya adalah juta tahun lalu, sangat sulit untuk dikonversikan ke skala waktu manusia. 

"Kami memiliki gagasan yang sangat bagus tentang di mana kami memperkirakan gempa bumi, dan bahkan ukuran gempa besar yang dapat kami perkirakan di daerah ini, tetapi itu tidak membantu kami untuk mempersempitnya ke skala waktu manusia," kata van der Pluijm.

Walaupun sejak jaman dahulu, ada narasi tentang perilaku hewan yang tidak biasa sebelum gempa bumi, bahkan jika penelitian modern mengejar kemungkinan ini, maka perilaku tersebut pada umumnya tidak dapat diandalkan untuk ramalan yang tepat.

“Untuk memprediksi gempa bumi, kita membutuhkan serangkaian indikasi. Bahkan, jika di masa lalu seismolog mencatat banyak sekali tanda-tanda perubahan lingkungan, mulai dari peningkatan konsentrasi gas sampai geokimia air tanah, tapi semua sinyal yang dipelajari terjadi secara tidak menentu,” tulis David Bressan dilansir Forbes. 

USGS Kembangkan Sistem Deteksi Gempa

United States Geological Survey (USGS) menyampaikan baik lembaganya maupun ilmuwan lain tidak pernah meramalkan gempa besar. 

“Suatu gempa bumi punya banyak sekali detail kecil sehingga kita tidak pernah bisa berharap untuk memahami dengan cukup baik untuk memprediksi kapan lagi gempa bumi akan mengguncang suatu wilayah,” katanya kepada TRT World. 

Meski tidak bisa meramalkan, tapi USGS punya cara untuk mempersiapkannya melalui rangkaian sistem peringatan dini yang disebut ShakeAlert yang mendeteksi kapan gempa bumi. 

Adapun, beberapa wilayah seperti California, Oregon dan Washington telah memanfaatkan teknologi ini untuk mengeluarkan peringatan radio, televisi, dan seluler yang mengatakan bahwa goncangan  kuat akan segera terjadi. 

Van der Pluijm menjelaskan, dalam kebanyakan kasus, peringatan hanya memberikan peringatan beberapa detik, tetapi waktu itu bisa sangat berharga. 

“20 detik terdengar sangat singkat, tapi cukup waktu bagi Anda untuk mencari tempat berlindung di bawah meja. Ini bukan prediksi, tapi ShakeAlert adalah langkah maju yang besar karena dapat meminimalkan dampak yang tak terhindarkan,” katanya.

Salah satu cara terpenting untuk bersiap menghadapi gempa bumi adalah menyadari risikonya. Dengan demikian, pembuat kebijakan, harus bisa benar-benar melindungi secara pasti soal infrastruktur penting di daerah rawan gempa. 

“Yang perlu kita lakukan adalah memastikan kita memahami apa yang bisa terjadi dan membangun untuk menahannya,” tuturnya.  

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Arlina Laras
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper