Bisnis.com, JAKARTA - Prospek e-commerce di Indonesia dinilai tetap positif seiring peningkatan belanja online konsumen kendati sejumlah pemainnya seperti Shopee dan JD.ID melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK)
Menurut laporan tahunan SYNC Asia Tenggara Meta dan Bain & Company, yang dikutip Rabu (21/9/2022), lebih dari 80 persen konsumen Indonesia menjalani proses pra dan pasca pembelian mereka di saluran online, serta channel offline masih dianggap sangat penting pada saat tahap pembelian.
Prospek jangka panjang Asia Tenggara terus menguat dengan proyeksi pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) wilayah Asia Tenggara dari 2022 hingga 2023 yang diperkirakan akan melampaui sebagian besar pasar lain seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, dan China.
Studi ini menunjukkan Asia Tenggara diperkirakan akan mempertahankan proyeksi pertumbuhan sebesar 5,1 persen dibandingkan dengan pasar lain seperti AS (1,3 persen), Uni Eropa (2,1 persen), dan China (4,7 persen) pada akhir 2023.
Tingkat inflasi tahunan di Asia Tenggara dari 2022 hingga 2023 juga diperkirakan akan berjalan lebih baik daripada sebagian besar rekan-rekannya dan diproyeksikan menurun dari 4,2 persen menjadi 3,3 persen pada akhir 2023.
Sementara di Indonesia, prospek belanja digital secara keseluruhan tetap positif, dengan e-commerce Gross Merchandise Value meningkatkan pangsanya menjadi US$56 miliar.
Hal ini sebagian besar didorong oleh pertumbuhan stabil populasi konsumen digital Indonesia yang merupakan yang tertinggi di antara Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam dengan 168 juta konsumen digital Indonesia yang mencakup sekitar 46 persen dari populasi berusia 15 tahun ke atas.
Terlebih lagi, populasi konsumen digital di Asia Tenggara masih terus bertumbuh dan diperkirakan akan mencapai 370 juta orang pada akhir 2022, dimana terhitung 82 persen dari total populasi adalah konsumen berusia 15 tahun ke atas. Angka ini diproyeksikan akan meningkat lebih lanjut menjadi 402 juta orang pada tahun 2027.