Bisnis.com, JAKARTA - Produsen ponsel pintar (smartphone) asal Korea Selatan Samsung berhasil merajai pangsa pasar di Indonesia. Sedangkan, produsen smartphone asal China Realme terlempar dari posisi lima besar.
Berdasarkan data dari Canalys, Samsung memimpin pasar dengan pangsa 20 persen sepanjang kuartal kedua tahun ini. Kemudian, Vivo 19 persen, OPPO 18 persen, Xiaomi 16 persen, dan Transsion 13 persen.
Sedangkan, Realme yang pada kuartal sebelumnya menempati posisi kelima kini tergeser oleh Transsion yang mengembangkan sejumlah merek seperti Infinix, Tecno, dan Itel.
"Persaingan di segmen entry-level semakin intensif dengan diperkenalkannya banyak produk baru oleh vendor smartphone android," kata analis riset Canalys Chiew Le Xuan dikutip dari siaran pers Jumat (19/8/2022).
Samsung tidak hanya menguasai pasar Indonesia, tapi juga Asia Tenggara. Samsung mempunyai 23 persen pangsa pasar, diikuti OPPO 18 persen, Xiaomi 16 persen, dan Realme 11 persen.
Samsung berhasil merajai pasar Asia Tenggara karena inisiatif pemasaran utama dan insentif saluran untuk seri A entry-level. Samsung juga secara ekstensif berinvestasi dalam kampanye pemasaran pada ponsel lipatnya dan seri Samsung Galaxy S22.
Meski begitu, Canalys mencatat bahwa pengiriman smartphone di Asia Tenggara pada kuartal kedua tahun ini turun 7% dan mencapai 24,5 juta unit.
Penyebabnya, kepercayaan konsumen telah terpukul oleh inflasi. Para produsen smartphone pun berjuang untuk menjaga perangkat tetap terjangkau di pasar yang sensitif terhadap harga.
Secara global, berdasarkan laporan dari Counterpoint Research Market Pulse Service, penjualan smartphone pada Mei 2022 juga menunjukan penurunan 10 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
Counterpoint menilai penurunan pengiriman ini terjadi karena sejumlah faktor. Meskipun adanya pemulihan setelah gelombang pertama Covid-19 pada tahun 2020, pasar smartphone secara global masih belum mencapai tingkat yang sama sebelum pandemi.
Kemudian, pada tahun ini, penjualan ponsel pintar juga masih dipengaruhi oleh kelangkaan komponen. Inflasi di negara maju, melambatnya angka produksi pabrik di China, dan krisis akibat konflik Rusia-Ukraina juga menjadi sebab turunnya pengiriman ponsel menurut Counterpoint.