Bisnis.com, JAKARTA – Kendati kinerja saham teknologi tertekan, peluang perusahaan teknologi tubuh di Tanah Air masih besar. Koreksi harga saham perusahaan teknologi disebut hanya sementara.
Peneliti Center for Digital Society (CfDS) Anisa Pratita Kirana Mantovani mengatakan saat ini investasi yang ditanamkan investor di perusahaan digital mengalami penyusutan. Penurunan ini disebabkan terkoreksinya harga saham perusahaan digital yang sahamnya dicatatkan di bursa global maupun regional.
Melemahnya harga saham perusahaan di bursa ini, katanya, membawa dampak terhadap valuasi investasi perusahaan swasta nasional dan BUMN. Penurunan nilai saham, kata Anisa, merupakan hal yang lumrah.
Menurutnya, karakteristik harga saham akan mengalami perubahan ketika ada sentimen yang mempengaruhinya, baik itu sentimen positif maupun negatif. Pada sisi global, bursa saat ini masih dibayangi rencana The Fed menaikkan suku bunga.
"Hingga saat ini, saya rasa performa perusahaan digital di Indonesia masih dapat meningkat dan berkembang. Mereka masih on the right track, utamanya sebagai katalisator transformasi digital Indonesia," katanya dalam keterangan resmi, Selasa (17/5/2022).
Adapun laporan e-Conomy SEA 2021 yang dikeluarkan Google, Bain & Company menyebutkan Indonesia memiliki potensi pertumbuhan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Potensi ekonomi digital Indonesia bisa mencapai US$146 miliar pada 2025.
Potensi besar ekonomi digital nasional itu membuat banyak pihak tertarik untuk berinvestasi seperti yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan swasta dan BUMN.
Menteri BUMN Erick Thohir bahkan membuat Merah Putih Fund untuk mengakomodasi perusahaan rintisan sektor digital untuk mendapatkan pendanaan dari BUMN.
Anisa menilai wajar jika perusahaan swasta dan BUMN berinvestasi di perusahaan digital. Investasi di perusahaan digital yang dilakukan swasta dan BUMN ini diharapkan menjadi solusi digital yang lengkap melalui sinergi.
"Investasi yang dilakukan swasta dan BUMN di perusahaan teknologi pasti sudah melalui penilaian risk management yang ketat. Tujuan utama investasi di perusahaan digital yang dilakukan oleh swasta dan BUMN adalah untuk mencari nilai tambah sehingga perusahaan swasta dan BUMN memiliki bisnis lain di luar bisnis intinya,” terang Anisa.
Anisa mencontohkan investasi yang dilakukan Telkomsel di GoTo menciptakan kolaborasi yang bersifat strategis untuk mitra Gojek seperti easy on boarding mitra Gojek untuk menjadi reseller Telkomsel, akses mudah di GoShop, dan fitur seperti number masking.
Sejauh ini, synergy value yang telah terbangun antara Telkomsel bersama Gojek diklaim telah memperkuat layanan berbasis digital, mendorong inovasi, dan meningkatkan pengalaman bagi konsumen, drivers, dan pelaku usaha kecil (UMKM) di Indonesia yang turut mendorong performa bisnis Telkomsel.