Bisnis.com, JAKARTA - Penyedia layanan dompet digital dan perusahaan telekomunikasi digital berlomba untuk meningkatkan kapasitas UMKM melalui produk layanan kredit online.
Sejalan dengan program pemerintah yang menjadikan UMKM sebagai motor pemulihan dan penggerak ekonomi pada 2022.
Dalam upaya meningkatkan kapasitas UMKM, trennya perusahaan perbankan merapat ke perusahaan digital atau sebaliknya perusahaan digital bekerja sama dengan perusahaan perbankan. Dua hal yang sulit dipisahkan dalam penyaluran kredit online.
Head of Corporate Communications Ovo (PT Visionet Internasional) Harumi Supit mengatakan di tengah kondisi pandemi, kebutuhan UMKM akan pinjaman modal cenderung meningkat. Ovo berupaya untuk bisa memfasilitasi permintaan tersebut dengan mengembangkan layanan Ovo ModalUsaha melalui Taralite guna memberikan akses pinjaman bagi UMKM.
“Selain itu, OVO berkolaborasi dengan Bank BRI untuk membuka akses kepada layanan pinjaman modal usaha bagi para UMKM sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia,” kata Harumi kepada Bisnis.com, Minggu (24/1/2022).
Kolaborasi dengan Bank BRI juga diwujudkan melalui Ovo U Card. Pembuatan Ovo U Card bisa dilakukan langsung melalui aplikasi Ovo. Seluruh proses pengajuan bisa dilakukan secara mudah, mulai dari pengisian data, foto identitas diri, hingga pelacakan proses dan pengiriman kartu hingga rumah nasabah.
Pada Mei 2021, Ovo sebanyak 950.000 UMKM telah tergabung dalam ekosistem Ovo. Layanan Ovo sendiri telah menjangkau 426 kota/kabupaten di seluruh Indonesia pada saat itu.
Sementara itu, LinkAja, layanan keuangan elektronik hasil kolaborasi perusahaan perbankan BUMN, Pertamina dan Telkomsel, terus membangun inovasi dan ekosistem bagi para penggunanya. LinkAja memperluas lini ke peer-to-peer (P2P) lending atau pinjaman, dengan mengakuisisi iGrow pada April 2021.
CMO LinkAja Wibawa Prasetyawan mengatakan aksi korporasi tersebut dilakukan dengan melihat adanya kebutuhan UMKM untuk makin mengembangkan skala bisnisnya.
“Akuisisi ini merupakan langkah strategis LinkAja untuk dapat memberikan layanan pembiayaan bagi UMKM, serta kolaborasi strategis yang mampu mempercepat laju digitalisasi UMKM,” kata Wibawa.
Pada tahun lalu, kata Wibawa, LinkAja telah berhasil mendigitalisasi transaksi ke ratusan ribu UMKM di ekosistem pemegang saham dan mitra strategis.
LinkAja mendigitalisasi transaksi ke lebih dari 20.000 mitra toko kelontong Sampoerna Retail Community (SRC) dan mendigitalisasi transaksi ke lebih dari 380.000 mitra DigiPOS dan memberikan pembiayaan secara terbatas ke beberapa Mitra DigiPOS tersebut.
Kolaborasi LinkAja dengan mitra telah meningkatkan secara signifikan digitalisasi ekosistem keuangan dengan peningkatan volume cashless dan cashless transaction di Indonesia.
LinkAja juga telah bekerja sama dengan Pemerintah, baik Pemerintah Kota maupun Pemerintah Provinsi, kolaborasi dengan Bank Indonesia untuk sosialisasi penggunaan QRIS serta melakukan edukasi tentang manfaat transaksi digital dan pelatihan untuk meningkatkan skala UMKM.
“LinkAja juga berkomitmen untuk turut memberikan kesempatan bagi UMKM untuk mendapatkan akses permodalan untuk memperbesar skala bisnis,” kata Wibawa.
Adapun PT Indosat Tbk. (Indosat Ooredoo Hutchison) dan PT Bank QNB Indonesia Tbk. berkolaborasi membuat UCan, layanan kredit instan. UCan menawarkan dua fitur utama, yaitu Cash Withdrawal dan Instalment.
Cash Withdrawal adalah fitur tarik tunai yang dapat ditransfer ke rekening bank pengguna. Pembayaran dari pinjaman tarik tunai ini dapat dilakukan secara angsuran dengan berbagai pilihan tenor yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Komisaris Independen Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) Rudiantara mengatakan saat ini indeks inklusi keuangan Indonesia mencapai 76,19 persen, sedangkan literasi keuangan baru mencapai 38,03 persen. Terdapat kesenjangan antara inklusi dengan literasi.
Kerja sama yang terjalin antara Indosat dengan Bank QNB Indonesia akan meningkatkan literasi digital Indonesia menuju ke inklusi keuangan.
Kerja sama yang terjalin membuat literasi dapat dilakukan oleh Indosat melalui konektivitas digital yang dimiliki. Selain konektivitas, jumlah pelanggan yang mencapai 100 juta pelanggan juga membuat jangkauan literasi keuangan menjadi lebih luas.
“Kalau ingin meningkatkan literasi keuangan pasti lebih mudah dari pelanggannya IOH. Karena tidak perlu lagi ada seminar dan ini model yang pertama di Indonesia,” kata Rudiantara.
Sementara itu Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan pasar untuk layanan kredit digital masih terbuka. Industri kredit membutuhkan modal yang besar dan kemampuan memprediksi kualitas nasabah.
Kedua hal itu akan menjadi pembeda antara layanan kredit yang dikembangkan oleh masing-masing perusahaan. Mengenai tantangan dalam kredit digital, menurutnya adalah risiko gagal bayar kredit online oleh nasabah.
“Jadi merugi merupakan ancaman [bisnis] kredit online,” kata Heru.
Sementara itu, Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional Mastel Sigit Puspito Wigati Jarot mengatakan di tengah kondisi pandemi yang berkepanjangan, dari sisi animo masyarakat, baik untuk dompet digital maupun pinjaman kredit tren masih terus mengalami peningkatan.
Sebelumnya, dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan, Presiden Joko Widodo menegaskan komitmennya untuk menjadikan sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) sebagai motor pemulihan dan penggerak ekonomi.
Presiden berharap permodalan kepada UMKM terus ditingkatkan. “Kredit kepada UMKM masih di kisaran 20 persen. Target 2024 sudah bisa mencapai 30 persen porsi UMKM dan tidak bisa mengandalkan pertumbuhan alamiah,” kata Jokowi.
Mengutip data Bank Indonesia, pada November 2021, nilai kredit UMKM yang disalurkan sebesar Rp1.056,1 triliun. Secara akumulasi, kredit UMKM tumbuh 3,1 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.