1Puncak Hujan Meteor Qudarantid hingga Okultasi Venus oleh Bulan
Selasa, 4 Januari – Puncak Hujan Meteor Qudarantid
Quadrantid adalah hujan meteor yang titik radiantnya berasal dari konstelasi Quadrans Muralis (kini menjadi bagian dari konstelasi Bootes). Intensitas maksimum hujan meteor ini sebesar 200 meteor/jam. Sehingga, dengan ketinggian maksimum titik radian di Indonesia yang bervariasi antara 16,3° (Pulau Rote) hingga 35,8° (Sabang), intensitasnya berkurang menjadi 56 meteor/jam (Pulau Rote) hingga 117 meteor/jam (Sabang).
Quadrantid dapat disaksikan dari arah Timur Laut sejak pukul 04.00 waktu setempat hingga 25 menit sebelum Matahari terbit. Quadrantid bersumber dari sisa debu asteroid 2003 EH1 dan komet C/1490 Y1. Kelajuan meteor pada Quadrantid dapat mencapai 147.600 km/jam. Tidak ada interferensi cahaya alami (seperti Bulan) yang mengganggu pengamatan Quadrantid, sehingga dapat diamati tanpa alat bantu optik (kecuali jika ingin mengabadikannya dalam bentuk citra maupun video). Pastikan cuaca di tempat Sobat cerah, bebas dari penghalang di sekitar medan pandang, dan bebas dari polusi cahaya. Hal ini karena tutupan awan dan skala Bortle (skala kecerlangan langit malam) berbanding terbalik dengan intensitas meteor. Semakin besar tutupan awan dan skala Bortle, semakin berkurang intensitas meteornya.
Selasa, 5 April – Puncak Konjungsi Mars-Saturnus (0,3°)
Awal Ramadan 1443 Hijriah disambut oleh konjungsi Mars-Saturnus yang dapat Sobat saksikan dari arah Timur saat bersantap sahur pukul 03.00 waktu setempat hingga 25 menit sebelum Matahari terbit. Sudut pisah Mars-Saturnus bervariasi antara 19-20 menit busur atau sedikit lebih besar dari semidiameter Bulan. Magnitudo Saturnus cenderung konstan sebesar +0,83 sedangkan magnitudo Saturnus bervariasi antara +1,05 hingga +0,99. Fenomena ini sebelumnya pernah terjadi pada 3 April 2018 dan 1 April 2020. Fenomena ini akan terjadi kembali pada 11 April 2024 dan 20 April 2026.
Minggu, 24 April s.d. Jumat, 29 April – Konjungsi Kuintet Saturnus-Mars-Venus-Jupiter-Bulan
Sepuluh hari terakhir Ramadan 1443 Hijriah ditutup dengan fenomena astronomis Konjungsi Kuintet, yakni lima benda langit yang tampak segaris secara visual sekaligus: Saturnus, Mars, Venus, Jupiter, dan Bulan. Fenomena ini dapat disaksikan sejak pukul 04.00 waktu setempat dari arah Timur memanjang hingga Tenggara (kecuali pada tanggal 29 April, baru dapat disaksikan sejak awal fajar astronomis/75 menit sebelum Matahari terbit). Bulan memasuki fase Sabit Akhir dengan iluminasi 45,3% hingga 3,7%. Magnitudo Jupiter bervariasi antara −2,09 hingga −2,11. Magnitudo Venus bervariasi antara −4,16 hingga −4,12. Magnitudo Mars bervariasi antara +0,88 hingga +0,44. Sedangkan magnitudo Saturnus bervariasi antata +0,81 hingga +0,80.
Minggu, 1 Mei – Puncak Konjungsi Venus-Jupiter (0,2°)
Menjelang Idul Fitri 1443 Hijriah, Venus berkonjungsi dengan Jupiter dengan sudut pisah 14 menit busur. Fenomena ini dapat Sobat saksikan pada arah Timur saat bersantap sahur pukul 03.30 waktu setempat hingga 25 menit sebelum Matahari terbit. Magnitudo Venus cenderung konstan sebesar −4,11 sementara magnitudo Jupiter cenderung konstan sebesar −2,11 Fenomena ini sebelumnya pernah terjadi pada 25 November 2018 dan 12 Februari 2021. Fenomena ini akan terjadi kembali pada 2 Maret 2023 dan 24 Mei 2024.
Jumat, 27 Mei – Okultasi Venus oleh Bulan
Okultasi adalah peristiwa terhalangnya benda langit yang tampak lebih kecil oleh benda langit lain yang tampak lebih besar jika diamati dari Bumi (seperti Matahari dan Bulan). Ini karena konfigurasi ketiga benda langit membentuk garis lurus jika diamati dari pengamat tata surya. Selain itu, benda langit yang tampak lebih kecil sebenarnya berada jauh di belakang benda langit lain yang jaraknya lebih dekat dengan Bumi. Secara global, Venus mengalami okultasi oleh Bulan pada tanggal 27 Mei sejak pukul 00.36 UT hingga 05.30 UT. Di Indonesia, Bulan berfase Sabit Akhir dengan iluminasi antara 10,6%-10,3% ketika mengokultasi Venus. Sebagian wilayah Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Bali, NTB, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara dan sebaian propinsi Papua Barat mengalami Okultasi Venus pada pagi hari setelah Matahari terbit hingga siang hari, sehingga hanya disaksikan menggunakan alat bantu. Sedangkan, Okultasi Venus dapat disaksikan sebelum Matahari terbit untuk wilayah Madagaskar, Kep. Komoro dan Seychelles.
Durasi okultasi terlama terjadi di kota Muko-Muko selama 1 jam 49 menit 29 detik (sejak pukul 09.03.38 WIB), sedangkan durasi okultasi tersingkat sekaligus wilayah paling terlambat yang mengalami okultasi terjadi di kota Manokwari selama 22 menit 17 detik (sejak pukul 13.12.58 WIT). Wilayah paling awal yang mengalami okultasi terjadi di kota Bengkulu pada pukul 09.03.34 WIB (selama 1 jam 48 menit 38 detik). Wilayah Sumatera dapat menyaksikan Okultasi Venus dari arah Timur Laut hingga Barat. Wilayah Banten sampai dengan Jawa Tengah dapat menyaksikan Okultasi Venus dari arah Utara hingga Barat Laut. Wilayah Kalimantan (kecuali Kalimantan Utara) dapat menyaksikan Okultasi Venus dari arah Barat Laut hingga Barat. Wilayah Bali dan NTB dapat menyaksikan Okultasi Venus dari arah Barat Laut. Wilayah Kalimantan Utara, Sulawesi, Maluku Utara dan Papua Barat dapat menyaksikan Okultasi Venus dari arah Barat. Fenomena ini pernah melewati Indonesia pada 30 Juni 2011 dan 18 September 2017. Fenomena ini akan terjadi kembali pada 14 September 2026 dan 27 Mei 2039.