Bisnis.com, JAKARTA - Pemain pangkalan data tier III memiliki peluang tumbuh yang besar pada tahun ini. Harga lebih bersahabat dan kemampuan yang mumpuni jadi nilai tawar.
Ketua Umum Indonesia Data Center Provider Organization (Idpro) Hendra Suryakusuma mengatakan kendala terbesar menawarkan layanan tier IV adalah menarik pelanggan untuk membayar lebih mahal.
Pangkalan data tier IV berbeda dengan tier III dan tingkatan di bawahnya. Tier IV memiliki dua rack yang harus sama-sama aktif untuk memastikan layanan terjaga.
Adapun untuk menjaga keandalan layanan tidak harus kedua rack dalam satu pangkalan data terjaga, selama perusahaan pangakalan data memiliki pangkalan data disaster recovery atau cadangan, layanan yang diberikan sudah cukup andal untuk memberikan layanan ke berbagai sektor.
"Perusahaan itu tidak membutuhkan lagi pangkalan data tier IV," kata Hendra, Senin (10/1/2022).
Hendra menjelaskan pada 2016 -2019 data dari berbagi agensi mengungkapkan bisnis pangakalan data di Indonesia tumbuh 35 persen per tahun.
Pada 2020, ujar Hendra, teradapat anomali. Kegiatan bekerja dan belajar dari rumah membuat percepatan transformasi digital.
"Total megawatt pada tahun kami berdiri [2016] hanya 35 megawatt. Sekarang [2022] sudah 125 megawatt," kata Hendra.
Hendra menuturkan ruang pertumbuhan pangkalan data di Indonesia masih besar. Dengan lebih dari 270 juta penduduk, baru 70 persen yang tercatat sebagai pengguna internet.
Di sisi lain, pemerintah maupun sektor publik juga sedang menumbuh kembangkan transformasi digital, kota pintar, pemasangan IoT di pabrik-pabrik dan lain sebagainya.
"Jadi kalau kita bicara dari watt per kapita, Indonesia bisa tumbuh hingga 2,3 gigawat untuk 8 - 10 tahun ke depan," kata Hendra.