Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Teknologi 5G Masih Baru, Prospek Bisnis Menara Sulit Diprediksi

Pemain menara belum melihat dampak dari rencana penggelaran 5G oleh operator seluler terhadap penambahan jumlah penyewa pada tahun ini. 
Leo Dwi Jatmiko
Leo Dwi Jatmiko - Bisnis.com 10 Januari 2022  |  21:05 WIB
Teknologi 5G Masih Baru, Prospek Bisnis Menara Sulit Diprediksi
Ilustrasi bts

Bisnis.com, JAKARTA – Pengembangan 5G di Tanah Air masih sangat baru. Pemain menara belum melihat dampak dari rencana penggelaran 5G oleh operator seluler terhadap penambahan jumlah penyewa pada tahun ini. 

Direktur Keuangan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) Helmy Yusman mengatakan komersialisasi 5G baru terjadi pada tahun lalu. Pada tahun ini, 5G masih dalam kategori pengembangan tahap awal sehingga sulit memprediksi dampak 5G terhadap bisnis menara. 

“Belum bisa diprediksi sampai seberapa signifikan imbasnya,” kata Helmy kepada Bisnis, Senin (10/1/2022).  

Helmy mengatakan meski masih baru, penggelaran 5G seharusnya memberi dampak positif mengingat operator akan perlu banyak titik baru.

Ketua Bidang Network dan Infrastruktur Indonesian Digital Empowerment Community (IDIEC) Ariyanto A. Setyawan menilai tahun ini bisnis menara belum akan terkerek maksimal oleh 5G. 

Skenario migrasi 5G operator selular masih berupa optimalisasi Base Transceiver Station (BTS) yang ada dengan melakukan migrasi teknologi saja. Penambahan BTS 5G masih didominasi untuk isu penambahan kapasitas.

“Akan masif maksimal ketika frekuensi di operator bertambah. Jadi kita tunggu lelang frekuensi,” kata Ariyanto. 

Sementara itu tantangan bagi pemain menara dalam mendukung implementasi 5G, kata Ariyanto, adalah mengenai akuisisi titik atau site.

5G membutuhkan jumlah BTS yang lebih banyak untuk mengejar kapasitas dan terlebih lagi ketika frekuensi tinggi diimplementasikan. Untuk mengejar volume besar ini, maka membutuhkan kecepatan proses akuisisi.

Sisi lain regulasi dan biaya akuisisi lahan/lokasi makin mahal, operator menara harus bisa mendapatkan di titik yang masih bisa diterima operator seluler dan tentunya masih terdapat margin. Tantangan lainnya, optimalisasi margin dengan masuk ke bisnis penyertaan menara.

“Operator menara harus kreatif menciptakan layanan efisiensi operasional yang dibutuhkan operator selular,” kata Ariyanto. 

Sementara itu, Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi menilai tantangan bisnis menara adalah usia menara uzur. Bahkan, umurnya sudah di atas 15 tahun sehingga perlu dibongkar dan diganti yang baru. 

Kemudian, dengan 5G cakupan layanan operator akan berubah. Pemain menara harus dapat menyesuaikan  dengan layanan operator. Termasuk penambahan tower sebagai akibat layanan yang berubah menjadi internet tetap. 

“Cakupan menjadi lebih kecil sehingga membutuhkan banyak menara skala bukan makro sel, tetapi mikrosel dan pikosel,” kata Heru. 

Sekadar informasi, mikrosel merupakan menara dengan ketinggian 6 - 20 meter. Menara tersebut berukuran lebih kecil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

menara operator telekomunikasi teknologi 5G
Editor : Amanda Kusumawardhani

Terpopuler

back to top To top