Bisnis.com, JAKARTA — Penataan portofolio bisnis Telkom Group diyakini memberi manfaat besar bagi pelanggan.
Dengan membagi fokus Telkom di pasar business to business (B2B) dan Telkomsel di business to customer (B2C), masing-masing segmen pelanggan mendapat layanan yang optimal.
Direktur Digital Business Telkom Muhamad Fajrin Rasyid mengatakan pada intinya penataan portofolio bisnis akan mempertimbangkan manfaat dan nilai besar yang diberikan kepada pelanggan.
Telkom menyaring kebutuhan pelanggan B2B dan B2C, yang kemudian kebutuhan tersebut dipenuhi dengan solusi yang dihadirkan oleh Telkom dan anak usaha.
Program penataan portofolio bisnis dengan membagi fokus induk dan anak usaha tidak hanya dilakukan oleh Telkom, juga di perusahaan BUMN lainnya.
“Dalam mengembangkan bisnis lebih baik kita fokus daripada membuat lebih banyak anak usaha dan cucu usaha tetapi tidak menghasilkan nilai tambah yang tinggi bagi pelanggan,” kata Fajrin dalam diskusi virtual Bisnis Indonesia Business Challenges, Kamis (16/12).
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan ke depan PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM) dan PT. Telekomunikasi Selular akan bermain di segmen yang berbeda.
Keduanya, kata Erick, akan mengubah fokus bisnis. Telkom fokus pada pasar business to business (B2B) atau segmen korporasi, sementara itu Telkomsel fokus pada business to consumer atau pasar konsumen.
“Telkom fokus ke tower, infrastruktur serat optik, data center, cloud dan 5G. Lalu Telkomsel fokus ke B2C,” kata Erick dalam acara Orasi Ilmiah Strategi BUMN Pascapandemi.
Erick menambahkan perubahan fokus bisnis di telekomunikasi BUMN itu nantinya seperti di perbankan. Bank BRI fokus pada UMKM, sedangkan Bank Mandiri fokus pada korporasi besar.
Perubahan fokus bisnis juga dilakukan untuk membawa Telkom keluar dari sunset industri telekomunikasi yaitu layanan SMS dan panggilan suara, yang terdisrupsi oleh digital.