Startup Kesehatan Mental, Potensi Pasar Tinggi Tetapi Permintaan Rendah

Ahmad Thovan Sugandi
Minggu, 28 November 2021 | 11:48 WIB
Ilustrasi startup./olpreneur.com
Ilustrasi startup./olpreneur.com
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Kalangan modal ventura menilai potensi pasar yang besar untuk startup kesehatan mental tidak diikuti oleh tingginya permintaan layanan. 

Bendahara Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (AMVESINDO) Edward Ismawan Chamdani menyebut startup kesehatan mental memiliki layanan yang terbatas karena menyasar ceruk pasar yang lebih sempit dibandingkan healthtech pada umumnya.

"Ceruk pasar terbatas dan para penderita banyak tidak menyadari kondisinya," ujarnya saat dihubungi secara daring, Sabtu (27/11/2021).

Menurut Edward, tingkat kesadaran masyarakat terhadap kesehatan mental membuat layanan startup tersebut masih sulit berkembang. Potensi pasar yang besar tidak diikuti oleh jumlah permintaan terhadap layanan psikolog atau psikiater berbasis teknologi.

Edward mengatakan potensi layanan kesehatan mental akan lebih maksimal diarahkan pada kebutuhan korporasi (B2B). Kolaborasi dengan korporasi membuat startup memiliki konsumen tetap yaitu para karyawan perusahaan.

Menurut Co-Founder & Managing Partner Ideosource Venture Capital tersebut startup kesehatan mental dapat mengembangkan bisnisnya dengan menjalin kolaborasi bersama health tech yang memiliki ekosistem layanan lebih luas

Startup kesehatan mental juga dapat masuk dalam ekosistem aplikasi super sebagai salah satu layanan yang disediakan dan dapat diakses dalam satu aplikasi.  

Menurut Edward, tidak banyak investor yang tertarik menggelontorkan dana ke startup kesehatan mental. "Bisa dibilang investor yang tertarik di ceruk pasar ini adalah yang sudah memiliki startup layanan kesehatan umum atau investor yang sadar bahwa investasi mereka memang menargetkan segmen yang lebih spesifik," ucapnya.

Para startup penyedia layanan kesehatan mental, dia melanjutkan, dapat menargetkan pasar lembaga pendidikan dan edutech. Nantinya startup tersebut menjadi mitra lembaga pendidikan dan edutech untuk mengelola konseling para pelajar.

Menurut data yang dilansir dari laman Kementerian Kesehatan, untuk saat ini Indonesia memiliki prevalensi orang dengan gangguan jiwa sekitar 1 dari 5 penduduk. Artinya, sekitar 20 persen populasi di Indonesia mempunyai potensi masalah gangguan jiwa.

Selain itu, berdasarkan Sistem Registrasi Sampel yang dilakukan Badan Litbangkes 2016, data bunuh diri pertahun sebanyak 1.800 orang atau setiap hari ada 5 orang melakukan bunuh diri. Bila dilihat dari keseluruhan kasus, 47,7 persen korban bunuh diri adalah pada usia 10-39 tahun yang merupakan usia anak remaja dan usia produktif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper