Bisnis.com, JAKARTA – Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) menggelar lelang pengadaan proyek satelit cadangan atau Hot Back-up Satelit untuk Satelit Multifungsi Satria.
Satelit cadangan tersebut rencananya akan memiliki kapasitas sebesar 80Gbps atau setengah dari kapasitas Satelit Satria.
Direktur Utama Bakti Anang Latif mengatakan bahwa pihaknya bersama mitra sedang mengkaji mengenai pengadaan satelit cadangan untuk high throughput satellites (HTS).
Bakti pun belum memutuskan apakah akan membangun ulang unit satelit baru, atau menyewa kapasitas satelit yang ada saat ini untuk cadangan Satelit Satria.
“Hot Back-up Satellite betul digunakan sebagai cadangan bagi Satelit SATRIA 1, namun bukan berarti akan membangun ulang unit satelit baru,” kata Anang kepada Bisnis, Senin (15/11/2021).
Melalui proyek penyediaan Hot Back-up Satellite, kata dia, Bakti bermaksud menyiapkan kapasitas cadangan minimal 80 Gbps untuk Satelit Satria. Kapasitas cadangan tersebut nantinya akan berada terpisah dengan Satelit SATRIA 1.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Satelit Nusantara Tiga (SNT) Adi Rahman Adiwoso mengatakan bahwa Indonesia membutuhkan tambahan satelit untuk memberikan layanan yang lebih andal dan berkelanjutan bagi Satria.
Pemerintah dinilai, tidak bisa hanya mengandalkan satu Satelit Satria untuk memberikan layanan kepada seluruh masyarakat.
Menurutnya, 150.000 titik yang telah menerima layanan Satelit Satria berisiko terputus dan menjadi blankspot jika terjadi hal yang tidak diinginkan karena kondisi luar angkasa yang sulit diprediksi, seperti terkena benda luar angkasa, rusak karena suhu terlalu panas, dan lain sebagainya.
Sebaiknya, lanjut dia, pemerintah memiliki manajemen risiko mengenai hal tersebut. “Jika terjadi apa-apa dengan itu [Satelit Satria], 150.000 titik akan blankspot semua. Pak Menteri bilang harus dipikirkan [satelit] stand by-nya,” kata Adi.