Tender Satelit Satria II Bakal Digelar pada Kuartal III/2022

Leo Dwi Jatmiko
Senin, 1 November 2021 | 06:36 WIB
Stasiun bumi Satelit Satria./ Bisnis-Leo Dwi Jatmiko
Stasiun bumi Satelit Satria./ Bisnis-Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) berencana menggelar lelang pemilihan badan usaha pelaksana Satelit Multifungsi Satria II pada kuartal III/2022.

Hingga saat ini, ketentuan dan persyaratan untuk ikut tender masih disusun. 

“[Tender Pemilihan Badan Usaha Pelaksana Satria II] rencananya kuartal III/2022,” kata Anang kepada Bisnis, Sabtu (30/10/2021). 

Anang menjelaskan proses tender tidak dapat dilakukan pada kuartal I dan kuartal II/2022 karena untuk menjalankan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU) membutuhkan proses yang cukup panjang. 

Satelit Satria I dibangun dengan skema KPBU, di mana PT Satelit Nusantara Tiga menjadi badan usaha pelaksana. Pembangunan Satelit Satria II rencananya menempuh cara yang sama. 

Setelah terpilih badan usaha pelaksana untuk Satria II, kemudian akan ditentukan tempat pembangunan dan sumber pendanaan. 

Sebelumnya, berdasarkan perhitungan Bakti dari 150.000 titik yang akan mendapat layanan Satria I, terdapat sekitar 26,52 juta calon penerima layanan internet Satria. 

Dengan total permintaan tersebut, diperkirakan rata-rata per pengguna hanya akan mendapat kuota sebesar 1,14GB setiap bulan atau setara dengan 2 jam aktivitas konferensi video. Jumlah tersebut dinilai sangat kurang. 

Terdapat kesenjangan antara suplai data dari satelit dengan permintaan. Merujuk pada data Telkomsel pada 2019, kata Anang, rata-rata pelanggan seluler per individu mengkonsumsi data sebesar 5,2GB per bulan. 

Pada 2023, prediksi Bakti, rata-rata konsumsi paket data per pelanggan per bulan mencapai 41GB - 50GB.  

Anang mengatakan jika Indonesia bertahan dengan menggunakan satu satelit untuk melayani 26,5 juta pengguna, maka daerah 3T tetap akan tertinggal. Pasalnya, rata-rata pengguna seluler pada 2023 telah mengonsumsi data sebesar 50GB atau sekitar 40 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan konsumsi data penghuni di 3T.  

Adapun jika ditambahkan dengan Satria II yang diproyeksikan memiliki kapasitas sebesar 300Gbps dan Satria 3 dengan kapasitas 500Gbps, maka rata-rata per pengguna  per GB yang diterima setiap bulannya mencapai 7,25GB. Dengan catatan, pada 2030 - saat Satria 2 dan 3 diproyeksikan telah meluncur - jumlah penerima internet di 3T masih 26,5 juta. 

Sementara itu, anggota Dewan Profesi dan Asosiasi Masyarakat Telematika Indonesia(Mastel) Kanaka Hidayat mengatakan satelit adalah jalan terakhir untuk menyalurkan akses internet ke suatu wilayah, dan untuk daerah 3T hanya satelit yang paling tepat. 

Berbeda dengan Jakarta yang jaringan serat optik telah banyak digelar dan kecil wilayahnya, daerah 3T memiliki wilayah yang luas, medan yang terjal dan lain sebagainya. Hal ini  membutuhkan ongkos mahal dan lama untuk menggelar serat optik. Alhasil satelit jadi pilihan terakhir. 

Sayangnya untuk mengoperasikan satelit tidak mudah. Satelit memiliki lingkup regulasi internasional dan domestik yang ketat, teknologi yang terus berkembang, dan bisnis komersial dengan modal padat. 

“Jadi waktu kita ingin bangun satelit, kita harus bayar lunas dalam 1 - 3 tahun. Itu tantangannya,” kata Kanaka

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper