Bisnis.com, JAKARTA – Layanan e-fulfillment dipandang sebagai sebuah keharusan bagi startup di sektor logistik. Layanan tersebut juga berguna untuk menunjang ekosistem bisnis bagi semua sektor startup dan model bisnis lainnya.
Bendahara Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani mengatakan bahwa layanan e-fulfillment di beberapa negara maju sudah menjadi keharusan sejak 2019.
“Ada istilah C2M [consumer to manufacture] yang sudah menjadi keharusan agar para e-commerce besar bisa berkompetisi dari sisi efisiensi, khususnya supply chain,” ujarnya saat dihubungi secara daring, Jumat (5/11/2021).
Menurut Edward, di Indonesia layanan e-fulfillment juga seharusnya menjadi tren, karena banyak startup logistic dan persaingannya yang semakin ketat.
Ia menjelaskan, integrasi supply chain dari hulu ke hilir sudah menjadi keharusan. Hal itu terkait tren menghilangkan perantara yang diadopsi dalam ekosistem e-fulfillment.
Baginya, layanan tersebut juga akan mewadahi semua transaksi, bukan hanya di tingkat lokal, tetapi juga hingga transaksi lintas perbatasan yang membutuhkan penanganan khusus.
Edward menyebut, kolaborasi menjadi kunci utama dari layanan e-fulfillment. Para entitas yang seharusnya terlibat dalam kolaborasi tersebut meliputi dari ujung di hilir sampai ke hulu, yaitu produsen dan penyedia bahan baku.
“Selama ada kesediaan untuk ikut dalam integrasi ke platform supply chain, kolaborasi dan layanan yang baik dapat dilakukan,” ucapnya.
Ia menambahkan, fasilitas layanan e-fulfillment bisa dibangun atau ditempatkan di berbagai lokasi, mulai dari lokal hingga luar negeri untuk mengakomodasi transaksi lintas perbatasan.