Bisnis.com, JAKARTA - Meski dapat membuat perusahaan rintisan lebih cepat melantai di bursa, SPAC juga memiliki risiko tinggi, yang membuat investor berhati-hati atau bahkan kurang berminat untuk berinvestasi di perusahaan tersebut.
Koordinator Pusat Inovasi dan Inkubator Bisnis Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dianta Sebayang mengatakan bagi perusahaan rintisan, SPAC dapat membuat proses IPO menjadi lebih mudah dan cepat. Sementara bagi investor, SPAC memiliki risiko tinggi.
“Kalau risiko buat startup adalah tekanan yang langsung meningkat. Terkadang seperti anak yang baru belajar naik sepeda, tiba-tiba langsung dikasih sepeda motor balap,” kata Dianta, Rabu (8/9/2021).
Dianta menjelaskan SPAC merupakan perusahaan tanpa operasi komersial yang dibentuk secara ketat untuk meningkatkan modal melalui penawaran umum perdana (IPO) dan biasa dikenal sebagai perusahaan cek kosong.
Dalam beberapa tahun terakhir, kata Dianta, SPAC menjadi lebih populer, menarik penjamin emisi dan investor terkenal dan meningkatkan jumlah uang IPO pada 2019, terutama di sektor perusahaan rintisan.
Hanya saja, kata Dianta, saat ini para investor perusahaan rintisan yang baru masuk setelah IPO, sedikit ragu-ragu akan nasib investasinya.
“Karena banyak saham-saham perusahaan rintisan yang nilainya malah turun setelah IPO,” kata Dianta.