Ini Pentingnya Bank Digital bagi Perusahaan Teknologi dan Unikorn

Leo Dwi Jatmiko
Jumat, 20 Agustus 2021 | 20:27 WIB
Karyawati beraktivitas di sekitar logo Bank Neo Commerce di Jakarta, Kamis (19/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati beraktivitas di sekitar logo Bank Neo Commerce di Jakarta, Kamis (19/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan teknologi dengan jumlah transaksi tinggi membutuhkan kehadiran bank digital untuk mendongkrak pertumbuhan bisnis. 

Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC) M. Tesar Sandikapura mengatakan dengan memiliki bank digital, perusahaan tersebut dapat mengelola dana yang berhasil dihimpun secara mandiri. 

Mereka tidak hanya menggunakan bank sebagai tempat menyimpan uang, tetapi juga dapat meminjamkannya dan lain sebagainya. 

Selain itu, dengan memiliki bank sendiri, biaya ongkos transaksi yang biasanya dibayarkan kepada bank mitra, nantinya dapat dikelola sendiri sehingga bisa memberikan layanan yang lebih terjangkau bagi pelanggan atau menjadi pendapatan. 

“Hanya perusahaan yang sudah besar saja yang melirik bank digital dan itu sudah pasti unikorn. Kalau yang d bawah itu tidak akan,” kata Tesar, Jumat (20/8/2021). 

Selain perusahaan dengan transaksi tinggi, perusahaan yang bergerak di bidang teknologi finansial juga membutuhkan kehadiran bank digital agar pendapatan yang mereka bukukan makin besar. 

Adapun untuk proses memiliki bank digital, kata Tesar, lebih baik dengan skema akuisisi atau bekerjasama jika tidak memiliki modal cukup. 

Proses akuisisi membuat perusahaan teknologi dapat bergerak lebih cepat karena bank digital telah siap pakai. 

Dari sisi biaya, akuisisi juga tampak lebih murah. Tidak harus seluruh saham bank digital dikuasai, cukup sebagian saja seperti Gojek dan Bank Jago. 

Sekadar informasi, pada Desember 2020 Gojek resmi mengakuisisi 22 persen saham Bank Jago dengan nilai Rp2,25 triliun. 

Nilai tersebut hanya seperempat dari nilai yang harus disiapkan jika ingin membangun bank digital sendiri. Perlu modal sebesar Rp10 triliun untuk bisa membangun bank digital dari awal jika merujuk peraturan OJK.

“Ambil bank yang sudah ada dengan sistem yang sudah berjalan. Jika ingin ambil keseluruhan, secara harga memang lebih mahal,” kata Tesar.   

Adapun dari sisi tantangan, menurut Tesar, permodalan adalah masalah utama bagi perusahaan teknologi untuk membangun bank digital. 

Selain itu mereka juga harus menyiapkan tim dan bisnis model yang tepat agar bank digital yang dibangun membuahkan hasil.  

Sementara itu, Bendahara Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani mengatakan tantangan bagi perusahaan teknologi atau unikorn dalam terjun ke bank digital adalah kemampuan untuk mengerti interaksi di segmen ini. 

“Kemudahan akses, pendaftaran dan fitur transaksi di aplikasi juga menentukan loyalitas para pengguna,” kata Edward.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper