Menkominfo Susun Peta Jalan Satelit Satria II

Leo Dwi Jatmiko
Kamis, 19 Agustus 2021 | 18:18 WIB
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate menyampaikan sambutan jelang penandatanganan kerja sama dimulainya konstruksi Satelit Multifungsi Republik Indonesia (Satria) antara PT Satelit Nusantara Tiga (SNT) dengan perusahaan asal Perancis, Thales Alenia Space (TAS) di Jakarta, Kamis (3/9/2020). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate menyampaikan sambutan jelang penandatanganan kerja sama dimulainya konstruksi Satelit Multifungsi Republik Indonesia (Satria) antara PT Satelit Nusantara Tiga (SNT) dengan perusahaan asal Perancis, Thales Alenia Space (TAS) di Jakarta, Kamis (3/9/2020). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate mengatakan saat ini Kemenkominfo sedang menyusun peta jalan untuk Satelit Satria II.

Skema dan model pendanaan serta kesiapan daerah menjadi aspek-aspek yang dibahas dalam peta jalan tersebut. Johnny tidak ingin ketika satelit Satria II mengorbit, tidak ada masyarakat yang menerima layanan tersebut.

“Peta jalannya sedang disusun dan dilakukan secara komprehensif sehingga penyediaan kapasitas sejalan dengan kebutuhan masyarakat,” kata Johnny kepada Bisnis.com, Rabu (19/8/2021).

Dari sisi teknologi, kata Johnny, pemerintah memiliki banyak opsi pilihan teknologi untuk satelit. Teknologi yang digunakan nantinya adalah teknologi yang sesuai dengan posisi Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di ekuator.

Sebagai negara yang berada di posisi ekuator, kata Johnny, yang paling bagus saat ini adalah satelit dengan teknologi High throughput satellites (HTS) dengan kapasitas besar.

“Kenapa demikian, karena wilayah Indonesia besar,” kata Johnny.

Adapun jika Indonesia berada di atas 15 derajat lintang utara atau 15 derajat lintang selatan, dapat menggunakan teknologi lain, yaitu teknologi dengan kapasitas kecil satelitnya dengan jumlah banyak seperti satelit orbit bumi rendah (Low Earth Orbit/ LEO) atau satelit orbit bumi menengah (Medium Earth Orbit/MEO).

“Saat ini karena kita di wilayah khatulistiwa kita memilih menggunakan HTS, dengan kapasitas besar karena satelit harus ada rumahnya. Kalau kita pilih satelit yang kecil-kecil slot fillingnya habis,” kata Johnny.

Sebelumnya, Sekretaris Kementerian Koordinator (Sesmenko) Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan pemerintah terus mendorong ketersediaan dan keterjangkauan layanan digital di seluruh Indonesia.

Kehadiran satelit Satria dibutuhkan untuk mengurangi kesenjangan digital, mengingat Indonesia memiliki wilayah geografis sangat luas dan berbentuk kepulauan.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper